Bagaimana kita bisa menaikkan daya saing bangsa
Jakarta (ANTARA) - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dari Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan Prof. Dr. Alfitri, M.Si mengajak seluruh remaja di Tanah Air untuk lebih memperhatikan kesehatan reproduksinya.

“Generasi milenial ini kalau kita kaitkan dengan bonus demografi, kita akan berhadapan dengan daya saing dunia yang semakin menuntut adanya sebuah generasi yang sehat dan cerdas,” kata Alfitri dalam webinar Kesehatan Reproduksi di Era Milenial yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Alfitri menuturkan remaja-remaja yang masuk dalam generasi milenial, memiliki peluang besar untuk berhadapan dengan daya saing dunia dan dituntut untuk menyesuaikan diri dengan persaingan sumber daya manusia yang ketat saat ini.

Dalam menghadapi ketatnya persaingan global, putra-putri bangsa harus menjadi generasi yang sehat dan cerdas. Salah satunya adalah memahami kesehatan produksi yang dapat menjadikan generasi bangsa menjadi bermutu.

“Ini adalah sebuah konsekuensi bagaimana kita bisa menaikkan daya saing bangsa kita, di tengah persaingan dunia yang sangat ketat,” kata Alfitri.

Dengan memahami kesehatan produksi masing-masing individu, para remaja akan mendapatkan informasi juga pengetahuan untuk menjadi lebih sehat dan bisa memenuhi berbagai tuntutan kehidupan masa kini.

Baca juga: BKKBN: Kebiasaan buruk remaja putra pengaruhi kualitas sperma

Baca juga: Jaga kesehatan reproduksi dari remaja penting


Dalam kesempatan itu, Alfitri mengapresiasi usaha Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang terus gencar dalam memberikan edukasi serta berbagai kegiatan yang melibatkan perguruan tinggi untuk memahami isu-isu yang terkait dengan keluarga dan reproduksi sedari usia muda.

Melalui kerja sama yang terjalin antara kedua belah pihak, dirinya berharap kerja sama itu akan terjalin secara permanen dan pihaknya ikut dilibatkan lebih dalam setiap agenda yang akan diselenggarakan oleh lembaga tersebut.

“Mudah-mudahan kerja sama ini akan permanen dan banyak lagi aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan setelah ini,” ucap dia.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN Eni Gustina menyebutkan kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia masih menghadapi sejumlah permasalahan pada remaja.

Beberapa masalah tersebut antara lain adanya maraknya seks bebas, meningkatnya pernikahan usia anak, aborsi hingga kehamilan yang tidak diinginkan.

Kondisi semakin diperparah dengan hadirnya pandemi COVID-19 di tengah masyarakat, yang menyebabkan adiksi pornografi semakin luas dan menimbulkan terjadinya kekerasan seksual. Padahal sejak usia remajalah, seseorang harus menyiapkan diri baik secara fisik, mental juga sosial untuk membangun sebuah keluarga.

Eni mengatakan untuk merencanakan keluarga yang sehat, penting bagi remaja untuk bisa menjaga kesehatan alat reproduksinya. Sejumlah cara yang disebutkan Eni adalah mengurangi rokok, menjaga asupan gizi, menikah pada usia matang dan tidak berhubungan seksual sebelum menikah.

Kemudian guna membangun generasi berkualitas, Eni menyebutkan remaja juga ikut memiliki andil dalam menyebarkan informasi kesehatan yang dapat mencegah anak lahir dalam keadaan kerdil (stunting), baik melalui media sosial ataupun praktik di lapangan.

“Remaja juga bisa menjadi agen penurunan stunting yang peduli pada lingkungan yang ada calon pengantinnya, ada ibu hamilnya dan ada balitanya. Ini sebagai salah satu kontribusi kita untuk membangun negara agar tidak menjadi negara yang kualitas,” ucap Eni.

Baca juga: Kepala BKKBN: Kesehatan reproduksi bukan hanya perkara seksual

Baca juga: Pendidikan dasar kesehatan reproduksi penting bagi remaja disabilitas

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022