Bantul (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan bahwa nikah dini atau pernikahan di usia yang belum berumur 18 tahun dapat mempengaruhi stunting atau kekerdilan pada anak yang dilahirkannya.

"Nikah dini mempengaruhi stunting, bukan kebalikannya, stunting mempengaruhi nikah dini, tapi nikah dini membuat stunting yes'" kata Hasto, usai peluncuran program "Pendampingan, Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan dalam Tiga Bulan Pranikah untuk Cegah Stunting dari Hulu kepada Calon Pengantin" di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, orang-orang yang melakukan pernikahan di usia antara 16 sampai 17 tahun panggulnya belum mencapai 10 centimeter, sehingga akan berpengaruh pada proses persalinan.

"Padahal kepala bayi diameternya 10 cm kurang dikit, dia tidak bisa lahir, makanya akibat nikah dini banyak kematian ibu, kematian bayi, stunting, nikah dini mempengaruhi stunting yes," kata Hasto.

Dia mengatakan, nikah dini yang dicerminkan dari orang yang hamil usia antara 15 sampai 19 tahun sekarang ini angkanya 20 per 1.000 pernikahan.

"Saya mengukurnya dari angka pernikahan dini itu 20 per 1.000 orang nikah, jadi setiap 1.000 pernikahan ada 20 nikah dini, itu data terkininya di tahun 2021," katanya.

Guna mengantisipasi hal itu, kata dia, sangat penting memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada masyarakat, sehingga pihaknya mendorong agar bagaimana pendidikan reproduksi diberikan secara lebih baik lagi dan terbuka lagi.

"Dan pendidikan kesehatan reproduksi jangan kita diskreditkan sebagai seksual education, pelajaran tentang hubungan seks, pelajaran seks beda dengan pelajaran hubungan seks, jangan karena kita ingin memberikan pelajaran tentang seks disangka ingin memberikan pelajaran tentang hubungan seks," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, makanya pemahaman ini yang perlu disebarluaskan kepada masyarakat, utamanya remaja, agar mereka takut untuk kawin dini, apalagi kawin dini bisa menyebabkan kanker mulut rahim.

"Itu yang menurut saya penting, menurut saya pendidikan kesehatan reproduksi itu perlu, karena yang diberikan di sekolah secara fulgar dalam arti secara terstruktur di dalam sistem itu belum," katanya.

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022