Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Leimena Institut Matius Hoo menyebut pendidikan harus mampu membangun solidaritas antarmanusia, apalagi di Indonesia terdiri dari berbagai suku, budaya, dan agama.

"Visi pendidikan yakni bagaimana solidaritas manusia menjadi penting menghadapi masa depan," kata Matius Hoo dalam keterangan tertulis Webinar Bersama UNESCO yang diterima di Jakarta, Jumat.

Matius menyebut salah satu kunci menghadapi tantangan global ialah solidaritas yang kokoh. Indonesia telah memiliki modal tersebut, sebab memiliki banyak pendidikan keagamaan.

Dia menyebut pendidikan yang dapat mengokohkan solidaritas kemanusiaan tengah dijalankan berbagai pendidikan berbasis keagamaan seperti pondok pesantren dan madrasah.

"Peran penting madrasah maupun pendidikan keagamaan, bagaimana menjaga hubungan antarmanusia. Maka kesiapan bangsa kita menghadapi tantangan global ikut ditentukan kemampuan pendidikan berbasis keagamaan kita untuk memperkokoh solidaritas kemanusiaan,” kata dia.

Baca juga: UNESCO soroti pentingnya solidaritas global dalam visi pendidikan 2050

Sementara itu, Konsultan Filantropi dan Pengembangan Museum Islam Kota New York, Amerika Serikat, Randa Kuziez mengatakan madrasah bisa menjadi model penting dalam solidaritas global.

Ia mencontohkan sekolah-sekolah Islam di AS membuat anak-anak maju secara akademik dan pengetahuan tradisi keislaman. Keberadaan sekolah-sekolah Islam itu meningkatkan solidaritas manusia yang bersumber dari Al Quran.

"Al Quran menyatakan Tuhan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Ayat ini sangat penting dipahami masyarakat, bahwa tanggung jawab kita membangun solidaritas dengan semua orang," kata Kuziez.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pendidikan harus mampu bertransformasi seiring tantangan umat manusia yang semakin kompleks.

Dia menjelaskan pendidikan di Indonesia telah dimulai sejak sebelum kemerdekaan berupa lembaga pendidikan tradisional berbasis agama. Pondok pesantren muncul sebagai pendidikan berbasis agama Islam di kantong-kantong perjuangan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah.

Maka, kata dia, muatan berkaitan semangat inklusif yang diprakarsai lembaga pendidikan keagamaan termasuk madrasah menjadi sangat penting.

"Indonesia dengan realita kehidupan aneka ragam, termasuk agama, adalah ciri atau karakter bangsa. Di situ dituntut kesediaan toleransi, saling menghargai, dan tenggang rasa," kata dia.

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022