Hong Kong (ANTARA) - Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Senin mengatakan bahwa tidak ada rencana untuk memperketat pembatasan jarak sosial COVID-19 karena otoritas berjuang menekan wabah yang semakin parah yang membuat beban sistem kesehatan dan kematian meningkat.

Lam mengatakan ada batasan untuk pengetatan lebih lanjut, ketika pusat bisnis global itu telah memberlakukan pembatasan paling ketat sejak strategi COVID-19 dimulai pada 2020.

Pertemuan lebih dari dua orang dilarang, sebagian besar tempat seperti sekolah tutup dan kewajiban memakai masker masih berlaku di mana pun, bahkan di luar ruangan.

"Pemerintah harus sangat hati-hati sebelum memperketat aturan jaga jarak sosial lebih lanjut ... dengan harus mempertimbangkan kesehatan mental warga negara," katanya saat jumpa pers.

Pekan lalu Lam mengatakan bahwa pemerintah tidak memberikan kurun waktu untuk kemungkinan tes COVID wajib massal bagi 7,4 juta warga Hong Kong.

Otoritas melaporkan lebih dari 700.000 kasus dan 4.000 kematian COVID, yang mayoritas dilaporkan dalam tiga pekan terakhir.

Bekas koloni Inggris itu mengikuti strategi "nol-COVID dinamis" China yang bertujuan untuk mengantisipasi wabah segera.

Hong Kong secara efektif menutup perbatasan selama dua tahun pandemi dengan melonggarkan sedikit penerbangan dan melarang penumpang transit.

Namun kematian melonjak, terutama di kalangan kaum lansia yang sebagian besar tidak divaksin. Hong Kong mencatat kematian paling tinggi per jutaan orang secara global dalam sepekan hingga 10 Maret, menurut publikasi data Our World in Data

Pernyataan Lam itu disampaikan setelah China melaporkan lonjakan kasus lokal baru pada Minggu, yang jumlahnya lebih dari tiga kali kasus harian sehari sebelum sekaligus tertinggi dalam sekitar dua tahun.

Sejumlah pengguna internet menumpahkan kemarahannya terhadap Hong Kong di media sosial, menyebutnya telah gagal mengendalikan wabah COVID-19 dan menyalahkan pusat bisnis global itu lantaran menyebabkan lonjakan kasus baru-baru ini.

"Warga Shenzhen mendamprat Hong Kong setiap hari selama sebulan terakhir. Sangat jelas bahwa (pusat bisnis) itu menyebabkan begitu banyak masalah bagi yang lain" kata salah satu warganet bernama Chen Shui lewat unggahan di media sosial Weibo.

Sumber: Reuters
Baca juga: Shenzhen China yang berbatasan dengan Hong Kong, ditutup
Baca juga: Kematian melonjak, sumber daya COVID Hong Kong difokuskan untuk lansia
Baca juga: Toko swalayan Hong Kong batasi pembelian bahan pokok dan obat

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022