Washington (ANTARA News) - Penegasan oleh negara-negara kekuatan dunia bahwa mereka bergerak untuk menstabilkan perekonomian global gagal meyakinkan pasar karena Jumat pasar rontok lagi di tengah ketidaksabaran mengharapkan aksi yang lebih meyakinkan lagi.

Sebuah pernyataan resmi larut malam yang mengejutkan dari para menteri keuangan dan bank sentral G20 Kamis mengakui adanya rasa kemendesakan, sesudah serangkaian peringatan keras para pemimpin dunia itu, termasuk sejumlah elit anggota kelompok itu sendiri, lapor AFP.

Namun pernyataan tersebut gagal mengatasi kekhawatiran bahwa perekonomian AS yang terhuyung serta krisis utang Eropa akan mengembalikan perekonomian negara maju kepada resesi dan menurunkan pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.

Sesudah kemunduran global yang mendalam Kamis, pasar di Asia tenggelam lagi Jumat, pasar Hong Kong turun 1,4 persen.

Menjelang pukul 1600 GMT (2300 WIB), pasar utama Eropa dan AS bergerak agak memasuki teritori positif sesudah kerugian tajam pada pembukaan namun masih berhati-hati dalam memberikan pernyataan percaya pada kemampuan para pemimpin ekonomi negara-negara paling maju dunia itu untuk menguasai permasalahan mereka.

Para pejabat G20, di Washington menjelang pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), mengeluarkan sebuah pernyataan mengejutkan sesudah jamuan makan malam mereka pada Kamis malam yang dimaksudkan untuk meredakan kepanikan yang menyebar ke seluruh pasar.

"Kami...komit dengan tanggapan internasional yang kuat dan terkoordinasi guna mengatasi tantangan berulang yang dihadapi ekonomi global," kata mereka.

"Kami sedang mengambil tindakan kuat untuk mempertahankan stabilitas keuangan, memulihkan kepercayaan dan mendukung pertumbuhan."

Menghadapi keraguan terhadap komitmen politis dari para pemimpin di ekonomi negara maju untuk mengatasi kelemahan mereka, G20 memberikan detail spesifik tentang tindakan yang sedang diambil: di Eropa, tindakan kedaruratan luas dan dalam segera diambil oleh Fasilitas Penstabilan Keuangan Eropa (EFSF); dan di Amerika Serikat dan Jepang, rencana pengurangan defisit dan utang.

Mereka juga bersumpah "akan mengambil semua tindakan yang diperlukan" guna melindungi sistem perbankan dan pasar keuangan, dan bahwa bank sentral akan menjamin likuiditas ketika dibutuhkan.

Pernyataan tersebut tidak mengesankan bagi para analis, yang mengatakan tidak menawarkan sesuatu yang baru.

"Tak satu pun dari keduapuluh anggota tersebut membawa inisiatif kebijakan baru apapun ke perteman ini...Bisa dikatakan ini mengecewakan, ini sebuah pernyataan yang mengecilkan persoalan," kata Carl Weinberg, kepala ekonom di konsultan High Frequency Economics.

"Sesungguhnya ini merupakan kesempatan untuk membicarakan tentang bagaimana pemerintah  memastikan bahwa bank dikapitalisasi secara mencukupi apabila Yunani dan para peminjam di daratan Eropa yang bermasalah lainnya gagal membayar utang mereka."

Berita-berita lebih mengkhawatirkan lagi terus keluar dari zona euro. Moody's menurunkan peringkat sejumlah bank Yunani, sementara, menghadapi kekhawatiran yang memuncak tentang perbankan seantero kawasan terhadap paparan utang dari Yunani, Portugal dan ekonomi zona euro lemah lain, otoritas Uni Eropa mengatakan mereka akan menunggu sampai rencana EFSF diratifikasi beberapa minggu mendatang guna merekapitalisasi bank-bank bermasalah.

Sementara regulator pasar utama Prancis Jean-Pierre Jouyet mengatakan kepada radio Inter Prancis: "Kami berada di dunia yang mengalami  krisis...Kami menghadapi risiko krisis sistemis."

Para pemimpin Eropa, sementara itu, mempertahankan diri terhadap tekanan Amerika Serikat, Bank Dunia dan IMF agar tidak mengorbankan pertumbuhan ekonomi sama sekali demi langkah-langkah pengurangan utang dan defisit.

Ketua IMF Christine Lagarde mengulangi lagi pendapatnya dalam pidatonya pada pertemuan tahunan Bank Dunia-IMF di Washington Jumat.

"Ekonomi maju perlu sebagai prioritas untuk mengurangi defisit mereka," katanya.

"Namun apabila mereka mendorongnya terlalu keras...mereka menghadapi risiko melukai pertumbuhan dan lapangan pekerjaan."

Namun Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble menekankan bahwa prioritas puncak bagi negara-negara berutang adalah mengatasi defisit tinggi.

"Lebih penting lagi melawan penyebab nyata krisis...defisit tinggi," kata Schaeuble pada keterangan pers di Washington.

"Sangat jelas bahwa anda tidak dapat melawan krisis dengan menguatkan penyebabnya," tambahnya. (K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011