Jakarta (ANTARA) - Gelaran Pertamina Grand Prix of Indonesia mulai berlangsung, Jumat, yang diawali dengan sesi latihan dan babak kualifikasi dari Moto2, Moto3 hingga MotoGP.

Di sela gelaran tersebut, penonton dapat singgah ke Desa Sade untuk berinteraksi dengan penduduk asli Lombok, yaitu suku Sasak. Lokasinya hanya berjarak 11km dari Pertamina Mandalika International Street Circuit atau 24 menit jika ditempuh dengan mobil.

Sementara, bagi wisatawan yang baru tiba di bandara kedatangan Zainuddin Abdul Majid, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Desa Sade juga berjarak 11km.

Di Desa Sade wisatawan yang berkunjung dapat menonton Tari Perang, menggunakan rotan penjalin dan tameng yang terbuat dari kulit kerbau.

Tari tersebut, menurut pemandu wisata Amak Epa, pada awalnya dilakukan untuk meminta hujan biasanya dilakukan pada November. Ketika doa dan perayaan telah dilakukan, akhirnya mereka memutuskan menumpahkan darah karena yakin hujan akan membersihkan darah.

Dalam pertarungan ketika keluar darah di kepala atau perisai maupun rotan jatuh tiga kali, maka lawan tidak dapat lagi menyerang, dan pemain dianggap kalah.
 
Tari Perang ditampilkan untuk menyambut wisatan di Desa Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/3/2022). (ANTARA/Arindra Meodia)

"Sade artinya obat," ujar Amak Epa, mengawali penjelasannya tentang Desa Sade, yang memiliki 150 rumah dengan 150 keluarga dengan total 750 warga.

Untuk mempertahankan garis keturunan, warga Desa Sade menikah dengan saudara jauh atau sepupu. Tradisi menikah tersebut juga diikuti dengan tradisi kawin culik dan kawin lari, bukan melamar seperti kebanyakan tradisi.

Kawin culik terjadi ketika perempuan tidak suka dengan laki-laki yang menginginkannya. Laki-laki tersebut bersama teman-temannya dapat menculik sang perempuan pada malam hari. Jika hal itu terjadi, maka sang perempuan tidak dapat menolak pernikahan.

Sementara, kawin lari terjadi ketika perempuan dan laki-laki sama-sama suka. Namun, kawin lari dilakukan tanpa sepengetahuan kedua orang tua. Setelah dua atau tiga hari mereka meninggalkan rumah, keduanya akan kembali untuk menikah.

Baik kawin culik maupun kawin lari, sang perempuan diharuskan untuk dapat menenun terlebih dahulu.

Selanjutnya : di Desa Sade ...
Seorang perempuan sedang menenun di Desa Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/3/2022). (ANTARA/Arindra Meodia)

Di Desa Sade wisatawan dapat melihat langsung proses menenun kain, yang menjadi mata pencarian utama. Sebab, menurut Amak Epa, panen untuk bertani padi hanya dapat dilakukan satu tahun sekali.

Proses menenun kain dapat dilakukan dua pekan hingga satu bulan untuk songket. Hasil tenun kemudian dijual kepada para wisatawan.

Uniknya, di Desa Sade semua bangunan rumah masih sangat tradisional dengan atap rumah yang terbuat dari alang-alang, tembok dari anyaman bambu dan lantai beralaskan tanah.

Di dalam rumah juga terdiri dari dua tingkat yang dihubungkan dengan tiga anak tangga yang melambangkan kepercayaan yang dianut penduduk asli suku sasak, yakni penganut Wetu Telu -- Islam, Hindu dan Animisme, sebelum akhirnya muslim.

Hanya ada dua ruangan besar tanpa sekat di rumah. Pada lantai pertama ruangan besar menjadi ruang multifungsi yang digunakan untuk ruang tidur orang tua dan menerima tamu. Sementara pada lantai kedua, bagian kanan digunakan untuk dapur dan bagian kiri digunakan untuk kamar gadis yang juga menjadi ruang melahirkan.
 
Tampilan luar rumah adat di Desa Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/3/2022). (ANTARA/Arindra Meodia)

Tampilan dalam rumah adat di Desa Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Jumat (18/3/2022). (ANTARA/Arindra Meodia)

Sembari melihat rumah adat penduduk yang masih sangat tradisional, wisatawan juga bisa melihat-lihat aneka kerajinan tangan yang dipamerkan di berbagai penjuru yang bisa dibeli sebagai buah tangan.

Dompet kecil, tas kecil dan peci ditawarkan satu paket dengan harga Rp100.000 untuk lima item kombinasi barang kerajinan tangan tersebut.

Baca juga: Indonesia bersiap untuk balap MotoGP setelah penantian 25 tahun
Baca juga: Aksara jawa hingga batik inspirasi desain helm pebalap di Mandalika
Baca juga: Gelaran MotoGP 2022 buka peluang produk UMKM lokal mendunia

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022