New York (ANTARA News/AFP) - Iran sedang berunding dengan Rusia untuk membangun pusat listrik tenaga nuklir (PLTN) kedua di negara Republik Islam itu, kata Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Jumat.

"Kini sedang berlangsung pembicaraan dengan Rusia untuk membangun PLTN baru ini," kata dia kepada wartawan dalam satu jumpa pers, kendatipun menyebut diskusi-diskusi sebagai "sangat umum."

Iran, yang dituduh Barat berusaha mengembangkan senjata nuklir, dikenakan empat tahap sanksi PBB karena selama bertahun-tahun menolak tuntutan-tuntutan internasional untuk menghentikan pengayaan uranium.

Rusia mengambil alih pembangunan PLTN pertama Iran dari Jerman tahun 1990-an dan fasilitas itu mulai disambungkan dengan sistem jaringan listrik untuk pertam kali bulan ini.

Menjelang pidatonya di sidang Majelis Umum PBB, Ahmadinejad mengatakan Iran akan menghentikan produksi uranium yang diperkaya dengan tingkat rendah , yang bisa ditingkatkan untuk memproduksi senjata-senjata atom, jika Barat memberikan kembali bahan nuklir sebagai imbalan.

"Jika mereka memberikan kepada kami uranium yang diperkaya 20 persen, kami akan menghentikan pengayaan uranium domestik sampai 20 persen dalam waktu segera. Kami hanya menginginkan 20 persen uranium untuk konsumsi domestik kami," kata Ahmadinejad kepada surat kabar The New York Times, Kamis.

Komentar-komentar itu memberi kesan bahwa pemimpin Iran itu sedang berusaha menghidupkan kembali pertukaran bahan bakar nuklir yang ditengahi Badan Tenga Atom Internasional yang disepakti dua tahun lalu. Berdasarkan perjanjian itu,uranium Iran yang diperkaya dengan kadar rendah akan ditukarkan dengan bahan bakar yang telah disuling dari luar negri.

Uni Eropa juga menawarkan dimulai kembali "tanpa syarat" perundingan dengan Iran menyangkut program nukliynya yang dicurigai itu. Perundingan itu macet sejak Janauri.

Rusia mempertahankan hubungannya dengan Iran melalui penjualan peralatan militer dan lain-lainnya dalam sepuluh tahun belakangan ini sebelum mengalami krisis mengangkut usaha nuklirnya dalam bulan-bulan belakangan ini.

Presiden Rusia Dmitry Medvedev dalam beberapa kesempatan belum lama ini mengatakan terserah kepada Iran untuk membuktikan bahwa program nuklirnya tidak berdemensi militer---komentar-komentar itu menandakan bertolak belakang dari sikap Rusia sebelumnya.

Satu usul baru Kremlin kepada negara-negara yang bertikai bahwa Iran harus dihargai dengan pencabutan secara bertahap sanksi-saksi PBB pada setiap saat negara itu membangun kepercayaan dengan badan tenaga nuklir internasional dengan menyetujui pemeriksaan-pemeriksaan dan membuat kompromi-kompromi lain.

(Uu.H-RN/H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011