Jakarta (ANTARA) - Indonesia perlu membentuk Nuclear Energy Program Implementation organization (NEPIO) sebagai organisasi yang bertugas mempersiapkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), kata pengembang teknologi nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Kita baru di tahapan pertama, salah satu hal yang masih kurang adalah organisasi, karena untuk melaksanakan atau mengimplementasikan energi nuklir ini perlu organisasi. Saat ini NEPIO belum terbentuk, termasuk owner atau operator PLTN," kata pengembang teknologi nuklir ahli utama Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) BRIN Suparman dalam keterangan tertulis yang diakses ANTARA di laman resmi Batan yang terintegrasi ke BRIN di Jakarta, Senin.

Suparman menuturkan walau pembentukan NEPIO hanya suatu rekomendasi, namun kenyataannya memang tidak ada negara yang akan membangun PLTN jika tidak mempunyai NEPIO.

"Jika tidak ada NEPIO, berarti tidak siap dari sisi infrastruktur, dan tidak ada koordinasi penyelenggaraan," ujarnya.

Baca juga: Peneliti: Perlu komitmen pemerintah bangun PLTN dukung bebas emisi

Baca juga: BRIN gandeng PT ThorCon Power Indonesia kembangkan prototipe PLTN


Suparman berharap Pemerintah Indonesia segera mengambil komitmen untuk go nuclear dengan pembentukan NEPIO sebagai tahap awal.

"Keberhasilan NEPIO juga tergantung seberapa kuat komitmen pemerintah, jika tidak ada komitmen nanti tidak akan berlanjut dan akan berhenti lagi, pembentukan NEPIO harus diputuskan pada level tertinggi di pemerintahan, sehingga komitmennya menjadi jelas," tuturnya.

Nuklir merupakan salah satu energi baru terbarukan (EBT) yang telah terbukti dapat menghasilkan energi listrik dengan lebih efisien, dan memiliki emisi lebih rendah dibandingkan dengan sumber energi fosil.

Saat ini, Indonesia masih berjalan di tahapan pertama karena ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan, salah satunya yaitu pembentukan NEPIO.

Suparman menuturkan ada tiga tahapan dalam pendirian PLTN di Indonesia. Tahap pertama adalah pertimbangan menuju penetapan pelaksanaan proyek.

Tahap kedua adalah persiapan pelaksanaan konstruksi, dan tahap ketiga adalah implementasi pembangunan dan pengoperasian PLTN.

Sejak 1991, ORTN BRIN telah melakukan studi kelayakan dan studi tapak PLTN di beberapa lokasi, antara lain wilayah Muria di Jawa Tengah, Bangka, Banten, Kalimantan, dan Nusa Tenggara Barat.

ORTN BRIN sudah melakukan penelitian tapak yang potensial, yang bisa memenuhi persyaratan keselamatan sesuai ketentuan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) maupun Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

"Hasil dari studi tapak Muria dan Bangka sudah dinyatakan layak, kemudian Banten sudah dilakukan tetapi belum dievaluasi, Batam dan Kalimantan sudah dilakukan pra-survei, dan Nusa Tenggara Barat masih tahap pra-survei," tutur Suparman.

Baca juga: BRIN sasar inovasi sistem pemantauan radioaktif hingga teknologi PLTN

Baca juga: Kepala BRIN dorong riset dan kolaborasi kuasai PLTN generasi baru

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022