Jakarta (ANTARA News) - Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi menolak rencana kuasi reorganisasi yang akan dilakukan PT Merpati Nusantara Airlines untuk menghilangkan defisit serta utang yang melilit perusahaan aviasi pelat merah ini.

Penolakan itu tertuang dalam dokumen proyeksi keuangan Merpati yang diperoleh ANTARA di Jakarta, Kamis.

Komite Restrukturisasi dan Revitalisasi menolak usulan Merpati Nusantara yang diikuti oleh PPA.

Komite mengasumsikan bahwa dengan tidak melakukan kuasi reorganisasi maka kebutuhan Merpati akan ditambahkan menjadi Rp561 miliar.

Berdasarkan kajian dan putusan komite, maka Merpati pada 2012 akan mengantongi laba Rp40,62 miliar, dengan pendapatan Rp4,27 triliun.

Sementara dalam perhitungan Merpati, bila kuasi reorganisasi dilakukan, maka aset seperti bangunan, tanah, kantor SUB, serta pesawat akan meningkat dari nilai bukunya Rp3,23 miliar menjadi Rp26,86 miliar. Selain itu, utang pajak akan terhapus Rp431,174 miliar.

Kajian ini mengacu pada total kebutuhan dana yang seyogianya dikucurkan oleh pemerintah sebesar Rp548 miliar pada tahun ini. Bahkan, utang SLA perusahaan penerbangan pelat merah ini dijadikan Penyertaan Modal Negara (PMN).

Dengan kajian bisnis tersebut, maka Merpati Nusantara optimistis mampu mendapatkan keuntungan pada 2011 yang mencapai Rp70,837 miliar, dengan pendapatan Rp4,270 triliun. Total aset pun diproyeksikan mencapai Rp12,345 triliun hingga 2020.

Sehubungan dengan rencana kuasi reorganisasi PT Merpati Nusantara itu, PT Perusahaan Pengelola Aset Persero (PPA) memberikan persetujuannya. Kajian ini dengan asumsi kebutuhan dana Merpati yang mencapai sekitar Rp510 miliar.

PPA mencatat apabila "subsidiary loan agreement" (SLA) untuk pembelian pesawat jenis MA-60 tidak dijadikan PMN atau dana "escrow" MA-60 tidak diperbolehkan untuk digunakan, maka total kebutuhan dana hingga 2015 akan bertambah menjadi Rp909,6 miliar, dan kecukupan untuk pembayaran utang Merpati Nusantara sangat kecil.
(SSB/A023)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011