Pada titik tertentu pasar mungkin mulai memperkirakan penurunan ekonomi, terutama jika The Fed memulai serangkaian kenaikan 50 basis poin
Singapura (ANTARA) - Ekuitas Asia mencapai tertinggi tiga minggu pada Rabu pagi, karena uang tunai yang melarikan diri dari jatuhnya pasar obligasi mengalir kembali ke saham sektor teknologi besar dan sektor lain yang terpukul, sementara potensi konflik Ukraina lebih lanjut memukul pasokan membuat harga minyak dan komoditas tetap tinggi.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,6 persen, dengan Hong Kong, Seoul dan Sydney semuanya mencatat kenaikan dengan ukuran yang sama.

Indeks berada di level tertinggi sejak 4 Maret. Nikkei Jepang melonjak 2,5 persen menyentuh level tertinggi dua bulan dan pergerakan mengikuti kenaikan 1,1 persen untuk S&P 500 dan hampir 2,0 persen untuk Nasdaq dalam perdagangan semalam.

Pasar obligasi memperpanjang kemunduran mereka karena investor bersiap untuk Federal Reserve mengambil pendekatan lebih agresif untuk menjinakkan inflasi. Imbal hasil obligasi pemerintah dua tahun naik 76 basis poin (bps) pada Maret dan imbal hasil obligasi 10-tahun naik hampir 60 basis poin menjadi 2,4154 persen, tertinggi sejak 2019.

Aksi jual, yang dimulai beberapa bulan lalu, mengumpulkan momentum dalam beberapa sesi terakhir setelah Ketua Fed Jerome Powell menandai kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih besar dari biasanya. Akibatnya, yen yang sensitif terhadap suku bunga jatuh ke posisi terendah enam tahun di 121,41 per dolar pada Rabu.

"Pergerakan yang lebih tinggi dalam imbal hasil yang membentang selama dua minggu terakhir telah menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan global dan bahkan pergerakan itu berada dalam beberapa basis poin dari apa yang kita alami sekarang," kata ahli strategi suku bungaf NatWest Markets, Jan Nevruzi .

"Pada titik tertentu pasar mungkin mulai memperkirakan penurunan ekonomi, terutama jika The Fed memulai serangkaian kenaikan 50 basis poin."

Untuk saat ini, investor terkesan dengan kekuatan ekonomi AS - terlepas dari hambatan perang dan inflasi - dan bertaruh bahwa bisnis besar dengan arus kas yang baik dapat bertahan.

"Teknologi besar, dengan pendapatan yang berkembang dan kemampuan untuk mengendalikan biaya, berjalan dengan baik," kata George Boubouras dari K2 Asset Management di Melbourne, dikutip dari Reuters.

Raksasa teknologi Tencent dan Alibaba serta raksasa pengiriman makanan Meituan memimpin indeks teknologi Hang Seng, melonjak lebih dari 3,0 persen.

Obligasi di Asia tetap di bawah tekanan pada Rabu meskipun volume penjualan sedikit moderat. Imbal hasil obligasi pemerintah Australia sepuluh tahun naik 3,5 basis poin menjadi 2,776 persen, imbal hasil 10-tahun Jepang naik tipis menjadi 0,222 persen, mendekati pengujian batas atas 0,25 persen bank sentral Jepang (BoJ).

Di pasar mata uang, analis melihat sedikit harapan untuk pembalikan keberuntungan yen karena kesenjangan kebijakan antara Jepang dan seluruh dunia melebar dan harga-harga energi yang tinggi berdampak pada neraca perdagangan negara itu.

Yen telah kehilangan 6,0 persen dalam seminggu terhadap dolar Australia, yang telah diuntungkan dari melonjaknya harga-harga untuk ekspor komoditas Australia.

Dolar AS yang melemah secara luas membantu Aussie dan kiwi ke level tertingginya terhadap greenback sejak November lalu, dengan Aussie mencapai 0,7477 dolar AS dan kiwi 0,6973 dolar AS. Euro bertahan di 1,1031 dolar AS.

Minyak mempertahankan penguatannya dengan minyak mentah berjangka Brent naik 0,5 persen pada 116,13 dolar AS per barel dan minyak mentah AS naik 0,6 persen menjadi 107,23 dolar AS per barel.

Baca juga: Kenaikan sentimen risiko dan harga komoditas bantu Aussie, tekan yen
Baca juga: Pejabat AS: Gagal bayar obligasi persulit Rusia dapat pemberi pinjaman
Baca juga: Wall Street merosot setelah pernyataan Ketua Fed terkait inflasi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022