Kami sangat terinspirasi oleh inklusivitas dan progresivitas anda pada keyakinan dan komitmen pada terciptanya kehidupan antarpenganut beragam agama yang harmonis,"
Singapura (ANTARA News) - Kalangan non-Muslim di Singapura yang penasaran pada Islam dan ingin segera mengetahui seluk-beluk agama yang dianut lebih dari 1,2 miliar orang di dunia tidak perlu bersusah-susah membuka buku namun cukup mengunjungi Pusat Harmoni Masjid An-Nahdhah.

Bahkan, waktu yang mereka perlukan untuk mengetahui pokok-pokok ajaran, sejarah, maupun kontribusi Islam dan penganutnya pada peradaban dunia dengan mengunjungi Pusat Harmoni yang resmi dibuka Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong lima tahun lalu itu hanya kurang dari satu jam.

Pengalaman dan pengakuan warga non-Muslim yang pernah datang ke pusat informasi multi-agama itu disampaikan Kepala Pusat Harmoni Masjid An-Nahdhah, H.Mohamed Ali bin H.Atan, kepada wartawan Indonesia yang menemuinya sebagai rangkaian kegiatan program kunjungan ke Singapura, Rabu (28/9).

Kedatangan wartawan Indonesia ke Pusat Harmoni yang telah dikunjungi oleh sedikitnya 24.533 orang sejak didirikan Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS) pada 7 Oktober 2006 itu dimaksudkan untuk melihat langsung upaya masyarakat Muslim negara itu menjaga kohesi sosial di tengah keberagaman etnis dan agama.

Di Pusat Harmoni yang digagas MUIS untuk mempromosikan dan mendorong terwujudnya masyarakat Singapura yang saling memahami dan menghormati keanekaragaman ras dan agama mereka itu, para pengunjung disuguhi rangkaian informasi tertulis, bergambar, dan audio-visual tentang Islam dari berbagai aspek.

"Kalau ada orang yang ingin tahu tentang Islam di Singapura, mereka datang ke masjid ini. Banyak pengunjung Pusat Harmoni ini mengaku cukup belajar tentang Islam dalam 45 menit," kata Mohamed Ali.

Sekali pun sejak 1990-an, sejumlah masjid di Singapura telah membuka diri untuk dikunjungi kalangan non-Muslim yang ingin mengetahui tentang Islam, kehadiran Pusat Harmoni Masjid An-Nahdhah mampu menyajikan informasi yang lebih lengkap, katanya.

Sejak berdiri tahun 2006, jumlah pengunjung Pusat Harmoni ini sudah mencapai sedikitnya 24.533 orang dan 92 persen di antaranya adalah non-Muslim.

"Dari total jumlah pengunjung itu, sebanyak 21 persennya adalah warga negara asing dan selebihnya (79 persen) warga Singapura," katanya.

Di antara para pengunjung non-Muslim itu adalah seorang Kristiani dari Kampong Kapor bernama Rev.Gabriel Liew. Gabriel Liew yang bekunjung ke Pusat Harmoni pada 28 Agustus lalu 2011 ini menuliskan kesan positifnya tentang keberadaan Pusat Harmoni ini di buku tamu masjid.

"Kami sangat terinspirasi oleh inklusivitas dan progresivitas anda pada keyakinan dan komitmen pada terciptanya kehidupan antarpenganut beragam agama yang harmonis," tulisnya.

Empat sesi
Para pengunjung seperti Rev.Gabriel Liew ini berkesempatan mendapatkan gambaran yang relatif lengkap tentang "wajah" Islam moderat, peradaban Islam, esensi Islam, serta seni-gaya hidup Islami.

Semua informasi itu dikemas secara apik dan didukung pula oleh eksibisi aneka koleksi Al Qur`an dan barang seni-budaya Islam, seperti tembikar, aneka kopiah, dan kaligrafi.

Bersama sejumlah remaja Muslim yang membantunya, Mohamed Ali menerangkan kepada para pengunjung Pusat Harmoni setiap rangkaian informasi yang ada di lantai satu dan dua gedung masjid sebelum mengajak mereka ke ruang auditorium masjid.

Di lantai satu, para pengunjung disuguhkan dengan informasi tentang sikap Islam terkait dengan keberagaman agama dan dukungan Islam pada terwujudnya kehidupan yang harmonis antarumat beragama.

Di lantai yang sama, selain informasi tentang Islam, terdapat pula aneka informasi yang membangun sensitivitas antarumat beragama di Singapura terhadap keberadaan agama dan kepercayaan lain, seperti Kristen, Hindu, Baha`i, Buddha, Jainisme, Judaisme, Sikhisme, Taoisme, dan Zoroastrianisme.

Bagi para pengunjung non-Muslim yang tertarik pada sejarah Islam, mereka mendapatkan informasi tentang perjalanan historis mulai dari era Nabi Muhammad SAW hingga Abad ke-19.

Mohamed Ali mengatakan, informasi sejarah perjalanan Islam yang ada tersusun di dinding gedung lantai satu hingga dua gedung Pusat Harmoni Masjid An-Nahdhah itu tidak hanya berisi "hal-hal positif" tetapi juga "sisi gelap" supaya bisa menjadi pelajaran bagi generasi berikut.

Di antara informasi tentang sejarah Islam itu, pengunjung dapat membaca tentang kejatuhan kota Baghdad ke tangan Mongolia yang kemudian mengakhiri 500 tahun kekuasaan Kekhalifahan Abbasyiah pada 1258.

Di seksi Islam dan Peradaban, para pengunjung dapat membaca tentang kontribusi Islam dan ilmuwan Muslim pada perkembangan sains dan peradaban dunia, seperti Ibnu Sina, Muhammad Ibnu Musa Al Khwarizmi, dan Koca Mimar Sinan Agha.

Ditampilkan pula informasi tentang sumbangsih dan pencapaian sejumlah tokoh dan ilmuwan Muslim Singapura pada pengembangan masyarakat negara itu.

Di antara mereka adalah Ahmad Sonhadji, tokoh Muslim Singapura kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, yang tercatat sebagai anggota pendiri Perhimpunan Ilmuwan dan Guru Agama Islam Singapura (1922-2010) dan Ahmad bin Ibrahim (ahli hukum, 1916-1999).

Di Pusat Harmoni Masjid An-Nahdhah yang pembiayaan seluruh kegiatannya hampir sepenuhnya berasal dari sumber-sumber keuangan non-pemerintah di bawah pengelolaan MUIS ini, kalangan non-Muslim di Singapura mengenal wajah Islam moderat dengan cepat, kata Mohamed Ali. *
(R013/Z002)

Oleh Rahmad Nasution
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011