Kirkuk, Irak (ANTARA News) - Seorang penyerang bunuh diri meledakkan truk berisi bom di luar sebuah bank di kota Kirkuk, Irak utara, Kamis, menewaskan sedikitnya dua orang, dalam serangan yang dituduhkan pada Al-Qaida.

Pelaku meledakkan bom ketika polisi sedang mengantre di bank itu untuk mengambil gaji mereka pada hari kerja terakhir bulan ini, kata polisi, lapor AFP.

Seorang wanita dan seorang pria tewas, kata Mayor Polisi Salam Hama Zangana dan seorang perwira lain. Kedua polisi itu memberikan jumlah korban cedera yang berbeda, 73 dan 58.

Sebagian besar dari mereka yang terluka adalah polisi, namun pegawai bank dan warga sipil juga cedera.

"Al-Qaida berusaha mengirim pesan bahwa mereka berada di sana," kata kepala kepolisian Kirkuk Mayjen Jamal Taher Bakr. "Mereka berusaha mengobarkan sektarianisme di kalangan penduduk Kirkuk."

Seorang wartawan AFP di lokasi kejadian mengatakan, ledakan itu menimbulkan kerusakan besar pada bank tersebut dan bangunan-bangunan sekitarnya. Sejumlah kendaraan polisi terbakar, dan akses menuju bank itu ditutup.

Ketua parlemen Osama al-Nujaifi mengatakan, pasukan keamanan provinsi bertanggung jawab atas "pelanggaran keamanan berbahaya" dan mendesak penyelidikan penuh atas serangan itu.

Serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 239 orang tewas dalam kekerasan di Irak pada Agustus, menurut angka resmi, sementara 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan pada Juli, angka kematian tertinggi kedua pada 2011.

Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011