Berlin (ANTARA News/AFP) - Setidak-tidaknya 10.000 peluru kendali (rudal) lenyap dan belum ditemukan di Libya, dan khawatir dapat jatuh ke tangan kelompok Al Qaida, kata seorang pejabat senior Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Minggu..

Majalah Der Spiegel melaporkan pada situs webnya bahwa Laksamana Giampaolo Paola, yang memimpin komite para pemimpin militer NATO, mengadakan briefing rahasia untuk anggota parlemen Jerman pada Senin, di mana ia menyatakan keprihatinan aliansi itu mengenai lenyapnya rudal di Libya.

Senjata bisa saja berakhir di negara lain dan di tangan yang salah, "di mana saja dari Kenya sampai Kunduz" dan Afghanistan, katanya, seperti dikutip Spiegel.

Rudal-rudal itu merupakan "ancaman serius terhadap penerbangan sipil," kata laksamana berkebangsaan Italia itu.

Komentar-komentar dilaporkan menggemakan pernyataan yang dibuat oleh seorang pejabat militer pemerintah baru Libya pada Sabtu.

Jenderal Mohammed Adia, yang bertanggung jawab atas persenjataan di kementerian pertahanan, mengatakan kepada wartawan bahwa "ada sekira 5.000" roket anti-pesawat SAM-7 hilang.

"Disayangkan, jika beberapa rudal bisa jatuh ke tangan yang salah di luar negeri," kata jenderal itu kepada para wartawan di sebuah gudang senjata mantan pemimpin Libya yang digulingkan, Muamar Gaddafi, di Benghazi.

Amerika Serikat (AS) mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan pemimpin baru baru Libya untuk mengamankan stok senjata itu, di tengah kekhawatiran terhadap proliferasi senjata.

Departemen Luar Negeri AS telah menyediakan dana senilai tiga juta dolar untuk membantu menghancurkan senjata-senjata.

Berita-berita dari Benghazi sebelumnya mengatakan, hampir 5.000 rudal anti-pesawat SAM-7 dari arsenal mantan pemimpin Libya Muamar Gaddafi telah hilang, kata seorang pejabat militer pemerintah baru negara itu.

"Libya di bawah pimpinan Gaddafi telah membeli sekitar 20.000 rudal SAM-7, buatan Soviet atau Bulgaria," kata Jendral Mohammed Adia, yang memimpin bagian peralatan perang kementerian pertahanan, katanya pada upacara simbolis untuk melumpuhkan sebagian dari cadangan itu.

"Lebih dari 14.000 dari rudal-rudal itu telah digunakan, hancur atau sekarang di luar misi. Sebagian besar cadangan itu di Zintan, Libya baratdaya," katanya.

Ia mengatakan Dewan Transisi Nasional (TNC) Libya telah menemukan sekitar 500 dari rudal yang mudah dibawa itu.

Sistem panduan dan penembakan 10 SAM-7 telah dinetralkan dengan penggunaan palu di depan wartawan, dan menambah menjadi 170 jumlah rudal yang telah dihancurkan hingga saat itu, kata Adia.
(Uu.H-AK/H-RN)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011