Bandar Lampung, (ANTARA News) - Para aktivis lingkungan di Provinsi Lampung membuka "hotline" penelusuran perdagangan satwa liar dilindungi sampai ke luar negeri dengan aktivis dari Negara Komunis di Laos. Staf Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program (IP), Dwi Nugroho mengatakan di Bandar Lampung, Sabtu (11/2) dalam kaitan membuka "hotline" itulah belum lama ini delegasi aktivis lingkungan Laos berada di Lampung. "Kunjungan kawan-kawan dari Laos itu cukup penting bagi upaya memerangi jalur perdagangan satwa liar dilindungi dari Lampung maupun Indonesia ke luar negeri," kata Dwi lagi. Menurut dia, sesuai penuturan para aktivis lingkungan dari Laos tersebut, sejumlah satwa liar dalam keadaan hidup maupun hanya bagian tubuh tertentu diperkirakan berasal dari Indonesia, bahkan Lampung. "Beberapa jenis itu, diantaranya primata dalam keadaan hidup dan sejumlah satwa liar jenis langka dan dilindungi lainnya, termasuk harimau dan badak," kata dia. Ternyata Laos menjadi sasaran "ekspor" secara melanggar hukum berbagai jenis satwa asal Indonesia. Dwi yang juga Koordinator Wildlife Crime Unit (WCU) di Lampung, menyebutkan pula, selain sampai ke luar negeri di beberapa negara sebagai tujuan "ekspor" berbagai jenis satwa liar asal Indonesia, jaringan perdagangan satwa liar dari Sumatera ke Pulau Jawa juga telah teridentifikasi dan diketahui beberapa modus yang sering digunakan komplotan tersebut. "Jelas tujuan mereka adalah komersial untuk memperdagangkan tubuh dan bagian tubuh satwa liar itu bagi berbagai keperluan baik untuk konsumsi, koleksi peliharaan maupun bahan baku obat dan semacam jimat," kata Dwi lagi. Dia mengingatkan perlunya upaya bersama secara ketat dan tegas untuk menekan penyelundupan dan perdagangan satwa liar dan berbagai hidupan liar serta dilindungi dari Lampung maupun Indonesia umumnya sampai ke luar negeri. Tanpa upaya seperti itu, dipastikan jaringan perdagangan satwa liar seperti itu akan terus mencari satwa yang diincar dunia, mengingat kelangkaan dan nilai ekonomisnya yang sangat tinggi.(*)

Copyright © ANTARA 2006