Ajari anak jadi digital citizen (warga negara digital) yang baik
Jakarta (ANTARA) - Psikolog Saskhya Aulia Prima dari Universitas Indonesia mengatakan orang tua harus terus mengikuti perkembangan zaman demi mempersiapkan masa depan anak.

"Penting bagi orang tua untuk mengikuti perkembangan zaman dan memahami peran kita dalam mendukung anak mengembangkan soft skill dan membangun karakter mereka," kata Saskhya dalam webinar, Kamis.

Bukan cuma anak yang diajak mempelajari berbagai keterampilan demi masa depan, orang tua pun mesti terus belajar dari berbagai sumber untuk bisa membesarkan anak dengan baik di tengah kehidupan yang dinamis.

Baca juga: Orang tua bisa cegah stunting dengan pantau tumbuh kembang anak

Penting juga untuk berdiskusi bersama pasangan agar orang tua dapat kompak dalam membesarkan anak. Diskusikan soal cara mendidik anak, sekolah apa yang akan dipilih dan kegiatan apa yang akan diperkenalkan kepada buah hati.

Dulu, dunia maya dan dunia nyata dianggap berbeda. Tapi saat ini dunia digital sudah menjadi bagian dalam keseharian. Maka, gabungkan semua alat untuk mengembangkan kemampuan anak, seperti memadukan buku dan gawai.

"Ajari anak jadi digital citizen (warga negara digital) yang baik," kata dia.

Perilaku yang baik kini tak hanya penting di dunia nyata, tetapi juga di dunia digital. Rekam jejak di dunia maya dapat mempengaruhi kehidupan di dunia nyata, maka orang tua sepatutnya memandu anak sejak kecil untuk bisa memanfaatkan teknologi secara baik dan benar.

Baca juga: Arti penting mainan untuk tumbuh kembang anak Tiga keterampilan penting

Saskhya menggarisbawahi bahwa untuk bisa bertahan hidup dan sukses di lingkungan yang berbeda, ada tiga kategori keterampilan yang harus dikembangkan oleh anak: kemampuan kognitif dan metakognitif, kemampuan sosial dan emosional, dan kemampuan fisik dan praktikal.

Untuk melatih kemampuan kognitif dan metakognitif, orangtua dapat mengajak anak untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat sejak dia bisa mulai berbicara.

Sebagai contoh, anak usia dua tahun bisa diajak terlibat memilih satu dari dua makanan yang ingin dia makan. Jika anak masih bayi, kemampuan ini dilatih sesederhana mengajak anak berbicara dan menyebutkan benda-benda di sekitarnya.

Perlu juga memberi ruang dan waktu untuk menjelajahi minat mereka. Berikan anak kebebasan untuk mengeksplorasi kreativitasnya.

Baca juga: Tiga langkah untuk tanamkan pola pikir "pro-growth" pada anak

Tantangan bagi orang tua adalah harus sabar dalam menunggu proses anak dan bisa mengasuh dengan lebih "mindful".

Kadang kala orang tua tak sabar ketika menunggu anak menyelesaikan pekerjaan yang menurut orang dewasa sepele, seperti menggunting kertas.

Saskhya mengingatkan orang tua untuk menahan diri untuk membantu agar anak kelak bisa mandiri dalam menyelesaikan masalah.

"Tunggu dulu, kalau mau bantu pakai 'mulut' dulu, kasih instruksi saja. Tunggu waktu seberapa pun geregetannya kita, itu akan berguna buat anak," ujar dia, menambahkan anak yang terlalu banyak diatur sejak kecil dapat kesulitan untuk membuat pilihan kelak.

Untuk mendorong perkembangan sosial dan emosional, biasakan anak mengomunikasikan perasaannya secara sehat.

Baca juga: Mengenal manfaat bermain untuk tumbuh kembang anak hingga dewasa Ketika anak marah, tahan rasa jengkel dan beri pengakuan serta validasi atas perasaannya. Dari situ, anak dapat belajar bahwa perasaan bisa diungkapkan secara baik-baik.

"Orang tua perlu jadi pendengar kalau anak sedang mengungkapkan perasaannya, jangan dipotong," pesan dia.

Libatkan juga anak dalam kegiatan yang butuh kerjasama dengan orang lain, misalnya mengajak anak melakukan proyek bersama adik dan kakaknya di rumah atau bersama teman-temannya secara daring.

Orang tua juga berperan sebagai panutan anak soal keterampilan sosial dan emosi yang baik. Jadilah contoh yang baik dalam menampilkan emosi.

Baca juga: Dokter sarankan anak bergerak aktif demi tumbuh kembang yang optimal

"Perhatikan bagaimana anak saat marah, mungkin sekali anak mengikuti kita," katanya.

Untuk mengembangkan kemampuan fisik dan praktikal, orangtua dapat melatih anak melakukan hal-hal seperti memakai baju sendiri dan mengambil air minum sendiri.

Eksplorasi juga kegiatan seperti musik, seni dan olahraga yang menggunakan motorik halus. Bantulah anak untuk membantu dirinya sendiri sebisa mungkin.

"KIta harus berpikir kita membesarkan orang dewasa tapi masih anak-anak karena tujuannya kalau kita tidak ada, mereka sudah lebih siap untuk jadi pembelajar terus menerus," papar dia.

Baca juga: "Social distancing" pengaruhi tiga aspek tumbuh kembang anak

Baca juga: Menciptakan momen bersama dapat meningkatkan kedekatan keluarga

Baca juga: Peneliti: Konsumsi susu kental manis ganggu tumbuh kembang anak

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022