Gelandang tim nasional Italia Jorginho (kanan) tampak kecewa setelah kalah 0-1 melawan Makedonia Utara dalam pertandingan semifinal Jalur C playoff kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa di Stadion Renzo Barbera, Palermo, Italia, Kamis (24/3/2022). (ANTARA/REUTERS/Guglielmo Mangiapane)

Berdamai dan beranjak

Seperti yang dikatakan Mancini, ini saatnya bagi skuad Gli Azzurri untuk memahami penderitaan, berdamai dengannya dan beranjak menuju tantangan yang masih akan menanti mereka di masa mendatang.

Tentu saja, berdamai dan beranjak jauh lebih mudah dikatakan ketimbang dilakoni. Ambil contoh Jorginho, pemain terbaik UEFA 2020/21 itu mengaku ia sepertinya akan dihantui dua kegagalannya di sisa masa hidupnya.

Sejak memulai karier profesionalnya, Jorginho punya statistik gemilang dalam urusan mengkonversi tendangan titik putih dengan 38 keberhasilan dalam 44 kesempatan.

Tidak ada waktu yang tepat bagi sebuah kegagalan, tapi Jorginho jelas menyesali mengapa dua kegagalan penaltinya harus lahir dalam dua momen penting yang bisa memuluskan jalan Italia tampil di putaran final Piala Dunia 2022.

Dua-duanya datang ketika Jorginho harus berhadapan dengan kiper gaek Swiss Yann Sommer. Pada 5 September 2021 eksekusi penalti Jorginho begitu dekat dengan jangkauan Sommer dan publik tuan rumah Swiss bersorak sorai merayakan kegagalan itu dengan pertandingan yang berakhir imbang nirgol.

Baca juga: Gelandang kelahiran Brasil Jorginho masuk Timnas Italia

Lantas pada 12 November 2021 Jorginho berpeluang untuk menjadi pemecah kebuntuan 1-1 melawan Swiss di Roma saat berjalan mendekati titik putih tepat di pengujung waktu normal dan membawa satu kaki Italia ke Qatar. Yang terjadi justru lebih ironis sebab eksekusi penalti Jorginho melambung tinggi di atas mistar gawang, laiknya sebuah ramalan harapan Italia yang kemudian hilang beberapa bulan berselang.

"Sungguh sakit bila memikirkannya, saya masih terbayang-bayang dan mungkin itu akan menghantui sepanjang hidup saya," kata Jorginho kepada RAI Sport setelah Italia disingkirkan Makedonia Utara.

"Dua kali berada di dekat titik putih dan tak mampu membantu timmu, negaramu adalah sesuatu yang akan membekas bersama saya."

"Orang-orang bilang kita harus terus menegakkan kepala dan terus melangkah, tapi itu sungguh berat," katanya.

Jorginho kini sudah memasuki umur kepala tiga dan genap berusia 31 tahun ketika putaran final Piala Dunia 2022 berlangsung di Qatar nanti.

Ketika Italia gagal mencapai putaran final Piala Dunia 2018, sedikitnya tiga nama veteran yakni Andrea Barzagli, Daniele De Rossi dan kiper legendaris Gianluigi Buffon memutuskan pensiun dari timnas. Hal itu juga disusul pemecatan Ventura dari kursi pelatih timnas dan pengunduran diri Carlo Tavecchio dari jabatan presiden federasi sepak bola Italia, FIGC.

Menilik skuad Italia saat ini, selain Jorginho sedikitnya ada tujuh nama lain yang sudah berusia kepala tiga termasuk kapten mereka Giorgio Chiellini (37) dan tandem abadinya Leonardo Bonucci (34).

Bukan tidak mungkin tren pensiun juga akan mengikuti kegagalan Italia tampil di Piala Dunia 2022 ini, tetapi yang patut dipertanyakan adalah apakah Mancini masih punya resolusi untuk membangkitkan kembali revolusinya di Gli Azzurri.

"Saat ini terlalu dini untuk membicarakan masa depan, kami harus mencerna kekalahan ini. Secara hubungan antarmanusia, saya bisa bilang saya mencintai para pemain ini lebih dalam ketimbang setelah kesuksesan Juli lalu," kata Mancini.

Pada akhirnya Mancini memang hanya punya pilihan berdamai dengan kegagalannya dan beranjak menumbuhkan kembali benih-benih era baru timnas Italia, atau berdamai dan beranjak sepenuhnya dengan salam perpisahan berupa kegagalan.

Baca juga: Balotelli: usia 31 tahun, bermain untuk tim nasional seharusnya normal
Baca juga: Juara Euro dan Copa America berhadapan dalam Finalissima Juni 2022


 

Editor: Bayu Kuncahyo
Copyright © ANTARA 2022