Kita dapat belajar dari gastrodiplomasi Thailand, diplomasi perdagangan yang tujuannya bukan hanya mempromosikan masakan khas suatu negara ke luar negeri
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus mempersiapkan pelaku UMKM kuliner untuk menembus pasar ekspor sekaligus mendukung keberhasilan program pemerintah Indonesia Spice Up The World (ISUTW).

Direktur Hubungan Kelembagaan LPEI Chesna F. Anwar mengatakan industri kuliner dianggap penting dan pendekatan gastrodiplomasi yang dilakukan sejumlah negara di Asia, seperti Thailand dan Jepang, menunjukkan peningkatan ekspor yang signifikan.

"Kita dapat belajar dari gastrodiplomasi Thailand, diplomasi perdagangan yang tujuannya bukan hanya mempromosikan masakan khas suatu negara ke luar negeri, namun juga meningkatkan daya tarik nilai budaya, serta mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspor makanan dan sektor pariwisata," ujar Chesna dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.

Potensi negara-negara di Asia untuk menjadi pemasok bahan makanan dan bumbu rempah sangat tinggi, seperti Thailand, yang mampu menembus pasar dunia di urutan pertama untuk produk tuna kaleng, nanas, jagung manis, santan, singkong dan durian.

Indonesia sendiri dikenal sebagai negara kaya akan rempah-rempah, bumbu bercita rasa serta kreatif mengolah beragam masakan, memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan industri kulinernya.

Berdasarkan data olahan Indonesia Eximbank (IEB) Institute, pada 2021 terdapat 487 restoran Indonesia yang tersebar di seluruh dunia dan berdasarkan data ekspor 2020 Indonesia menempati ranking ke-5 sebagai negara pengekspor rempah-rempah di dunia dengan nilai ekspor 801,63 juta dolar AS.

Sejumlah makanan khas Indonesia sudah berada di daftar menu yang ditawarkan di restoran, kafe dan hotel di lima benua, seperti nasi goreng, gado-gado, bakso, rendang, pempek dan gudeg.

Meski demikian, nama-nama hidangan tersebut harus didukung promosinya hingga melekat kuat di benak konsumen, dan terasosiasi dengan Indonesia.

Nasi goreng telah ditetapkan UNESCO sebagai salah satu warisan budaya Indonesia, namun bila ditanya di luar negeri, tidak banyak yang mengetahuinya.

"Oleh karena itu, LPEI mendukung program ISUTW sebagai pendekatan gastrodiplomasi Indonesia ke mancanegara, yang akan juga meningkatkan daya tarik pasar global, memperkuat branding negara, serta mempromosikan identitas budaya Indonesia di dunia," kata Chesna.

Indonesia juga sebagai negara dengan populasi muslim terbesar memiliki potensi untuk mengembangkan produk makanan halal. Chesna mencontohkan negara Thailand – dengan mayoritas penduduk non muslim, yang masuk dalam daftar 10 negara dengan ekspor global makanan halal terbesar dunia.

Selain mendukung kegiatan promosi dan pembekalan calon eksportir, LPEI juga akan membantu pelaku usaha kuliner melalui pembiayaan, penjaminan, asuransi dan jasa konsultasi.

LPEI berkolaborasi dengan para pengusaha kuliner Indonesia, yakni Nur Asia S. Uno yang merupakan pemilik Nur Corner yang mewadahi para UKM makanan berkualitas di Jakarta Selatan, Anglia Auwines yang merupakan pemilik restoran Sari Ratu, dan Abdhia Absar Arryman, Presiden Umara Group yang menggagas Kitchen Hub, sentral produksi makanan Indonesia untuk mancanegara.

LPEI baru saja menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dan pelatihan yang digelar Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) di Rumah Ekspor Jakarta selama dua hari pada 24-25 Maret 2022 lalu yang bertajuk “Industri Kuliner Siap Ekspor”.

Diikuti langsung oleh sekitar 40 peserta, program tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan pelaku UMKM kuliner Indonesia menjajaki pasar internasional, sebagai bagian dari kampanye Pemerintah yang menargetkan adanya 4.000 restoran Indonesia di luar negeri dan meningkatkan nilai ekspor bumbu dan rempah-rempah Indonesia.

LPEI sebagai SMV di bawah Kementerian Keuangan berkomitmen memperkuat jejaring dan mendukung pelaksanaan gastrodiplomacy dengan melibatkan multi pihak, termasuk kementerian/lembaga, UMKM, perusahaan, asosiasi, akademisi dan media untuk menggaungkan kampanye besar Indonesia di mancanegara.

Nilai ekspor industri kuliner pada 2021 (sampai September 2021) yaitu sebesar 32,51 miliar dolar AS atau meningkat 52 persen dibandingkan nilai ekspor pada 2020. Neraca perdagangan industri kuliner pun tercatat surplus sebesar 22,38 miliar dolar AS berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Berbagai angka dan data itu membuktikan bahwa target Pemerintah untuk “Indonesia Spice Up The World” pada 2024 dapat tercapai dengan dukungan serta kerja sama semua pihak baik dari kementerian, lembaga, asosiasi, eksportir, hingga petani.

"Kolaborasi dan sinergi antar pemangku kepentingan untuk memajukan industri kuliner Indonesia akan mendorong pencapaian target program ISUTW dan menjadikan makanan lokal Indonesia mendunia sebagai bagian dari gastrodiplomasi negara," ujar Chesna.

Baca juga: Lewat gastrodiplomasi, Menparekraf ingin tempe Indonesia bisa mendunia
Baca juga: Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang optimistis masuk pasar ekspor
Baca juga: UKM makanan ringan Lampung bukukan transaksi ekspor ke Mesir

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022