Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar Asia mayoritas bergerak tertekan terhadap dolar AS, termasuk rupiah pada Kamis sore yang melemah 50 poin dipicu dari masih kuatnya sentimen negatif global, terutama dari Eropa.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta tertekan ke posisi Rp8.940 atau turun 50 poin dibanding posisi sebelumnya Rp8.890.

"Masih melemahnya rupiah saat ini dinilai wajar karena masih kuatnya sentimen negatif dari global," kata pengamat pasar uang dari Monex Investindo Futures, Johanes Ginting di Jakarta, Kamis.

Ia menyatakan, kondisi global yang masih bergejolak memicu pelaku pasar menempatkan dananya pada mata uang safe haven, seperti dolar AS.

"Pelaku pasar cenderung memegang dolar AS karena dianggap dapat menjaga nilai tukar di dalam kondisi yang belum pasti," ujarnya.

Ia mengatakan, kesempatan rupiah untuk menguat masih kecil meskipun kondisi dalam negeri mempunyai sentimen positif seperti inflasi yang masih terjaga serta pertumbuhan ekonomi yang dapat mencapai 6,5 persen pada tahun ini.

Diharapkannya, pelaku pasar asing kembali masuk ke Indonesia dan menginvestasikan dananya ke dalam negeri sehingga dapat mendorong penguatan rupiah.

Ia memperkirakan, pada pekan ini rupiah terhadap dolar AS masih dalam kondisi yang stabil seiring dengan intervensi Bank Indonesia (BI).

"Intervensi dari BI cukup berarti dalam menstabilkan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap dolar AS," katanya.

Pengamat pasar uang Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan bahwa tekanan pasar uang dalam negeri terhadap dolar AS masih terjadi meski tidak terlalu dalam.

"Bank Indonesia masih menjaga mata uang lokal agar tidak terkoreksi tajam terhadap dolar AS," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (6/10) tercatat mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS menjadi Rp8.925 dibanding pada hari sebelumnya Rp8.840.
(T.KR-ZMF/S004)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011