Sangat banyak budaya Islam di Provinsi Jambi yang bisa diangkat menjadi event nasional. Adat Melayu Islam di kawasan Tabir ini memang sangat luar biasa, karena sudah dilakukan dari dulu kala secara turun temurun
Jambi (ANTARA) - Sebanyak 120 ekor kerbau dewasa siap disembelih pada tradisi "Bantai Adat" yang digelar menjelang bulan Ramadhan 1443 Hijriyah di Rantau Rasau, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.

"Tahun ini tradisi 'Bantai Adat" menyembelih ratusan kerbau, tepatnya 120 ekor kerbau. Penyembelihan dilakukan pada Rabu (30/3) dinihari secara serentak," kata Gubernur Jambi H Al Haris ketika membuka kegiatan "Bantai Adat" di Kampung Baru, Desa Rantau Rasau, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Selasa (29/3) 2022.

Hadir pada kesempatan itu Bupati Merangin H Mashuri dan Sekda Fajarman di lahan Bantai Adat milik Pemkab Merangin di desa itu.

"Tradisi Bantai Adat yang dimeriahkan dengan berbagai kegiatan keagamaan dan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) ini, ke depannya akan menjadi ajang resmi nasional. Di sini ada simbol budaya dan kegiatan agama yang disatukan," kata Gubernur Jambi saat membuka acara Bantai Adat itu.

Budayanya, lanjutnya, tidak hanya membantai ratusan kerbau, tapi juga ada memanggang 1.000 batang lemang, pertandingan "silek" dan kegiatan lainnya di Rumah Tuo Rantau Panjang.

Sebelumnya juga digelar agenda keagamaannya pawai ta’aruf anak-anak dan khataman Al Quran secara massal yang mengelilingi Pasar Rantau Panjang dan berbagai keagamaan lain yang tak kalah menarik.

"Sangat banyak budaya Islam di Provinsi Jambi yang bisa diangkat menjadi event nasional. Adat Melayu Islam di kawasan Tabir ini memang sangat luar biasa, karena sudah dilakukan dari dulu kala secara turun temurun. Ini semangatnya kearifan lokal untuk menjaga silaturahim," kata Gubernur Al Haris yang mantan Bupati Merangin itu.

Bupati Merangin H Mashuri menambahkan, peninggalan leluhur seperti Budaya Bantai Adat Rantau Panjang Tabir tersebut, wajib dilestarikan.

Penyelenggaraannya dari tahun ke tahun harus terus meningkat.

"Generasi muda milenial kita wajib terus kita libatkan, sehingga mereka jadi tahun dan kenal dengan budayanya sendiri. Jika generasi muda milenial kita paham dan tahun Budaya Bantai Adat ini, Insya Allah akan terus lestari," kata Bupati.

Antusias warga

Sementara itu rangkaian kegiatan tradisi "Bantai Adat" tersebut mendapat sambutan luar biasa dari warga Tabir dan Merangin pada umumnya yang tumplek mendatangi lokasi Bantai Adat.

Mereka berdatangan dengan menggunakan berbagai kendaraan. Yang khas, para wanita yang hadir hampir semuanya mengenakan sarung kain batik yang merupakan pakaian wajib kaum perempuan ke lokasi bantai adat.

Ratusan tiang untuk tambatan kerbau dibuat kokoh, dilengkapi dengan meja untuk penjualan daging kerbau untuk esok dinihari.

Suasana di lokasi Bantai Adat yang di areal kebun sawit di tanah adat itu berlangsung cukup ramai, meski penyembelihan baru akan dilakukan dinihari.

"Semua kerbau disiapkan, dan disembelih secara serempak mulai pukul 04.00 WIB dinihari nanti. Dagingnya kemudian dijual dengan harga lebih murah untuk masyarakat. Tahun ini harga daging Rp150 ribu per kilogram," kata Awi salah seorang pemilik kerbau.

Sementara itu Jalit (68) yang biasa bertugas sebagai petugas penyembelih menyatakan sudah siap melakukan penyembelihan dengan golok andalannya.

"Saya sudah siap, biasanya saya sembelih lima sampai tujuh ekor. Yang lain juga bertugas menyembelih. Satu kerbau ditangani lima hingga enam orang," kata Jalit.

Sementara itu pada kesempatan itu Gubernur Jambi Al Haris selain melakukan pengecekan kerbau yang akan disembelih juga memastikan kerbau yang disembelih sehat dan memenuhi persyaratan untuk penyembelihan.

"Semuanya sudah dicek oleh dokter hewan, sudah diberi tanda label kalung merah tanda memenuhi syarat disembelih. Dalam kegiatan ini kerbau bunting tidak disembelih, biarkan ia beranak," katanya.

Baca juga: "Bantai adat" tekan harga daging jelang Ramadhan di Merangin

Baca juga: Menyusuri kawasan geologi Geopark Merangin menuju pengakuan UNESCO

Baca juga: "Kenduri Pusako", merawat tradisi Lebaran di Tanjung Berugo Merangin

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022