Pekanbaru (ANTARA News) - Guru Besar Universitas Provinsi Riau, Prof Dr Alimin Siregar, menilai almarhum mantan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) di era Orde Baru, Moerdiono, merupakan sosok yang mengutamakan kebersamaan, santun, dan komitmen dalam tugas-tugasnya.

"Dia (Moerdiono) juga merupakan seorang pembantu presiden yang santun dan selalu menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Dia juga sepengamatan saya tidak banyak berkoar-koar dan selalu tenang, namun berenergi dalam bekerja," kata Alimin di Pekanbaru, Minggu.

Menurut dia, pola dan konteks berpolitik Moerdiono juga selayaknya menjadi contoh bagi para politikus yang tergabung dalam sejumlah partai yang kini "membanjiri" Tanah Air.

"Dia tidak terbuka, namun bukan berarti tertutup untuk segala hal yang menyangkut kebersamaan. Moerdiono di mata saya adalah pahlawan, dan mungkin bagi mereka yang memahami latar belakangnya," ujarnya.

Banyak hal yang patut menjadi contoh bersama, selain cara berpolitiknya, kata Alimin, Moerdiono juga selalu setia terhadap pemimpin atau atasanya yang tidak lain adalah Presiden kedua RI, HM Soeharto.

Alimin mengibaratkan negara dan bangsa ini adalah sebuah lautan yang terbentang luas, di tengahnya bertaburan para politikus dan petinggi negeri.

"Pada masa Moerdiono, saya lebih melihat adanya kebersamaan, saling menolong ketika ada pejabat yang berpotensi hanyut ditelan derasnya gelombang," katanya.

Namun, lanjut Alimin, pada masa demokrasi saat ini, "lautan" telah berubah menjadi "momok" yang ditakuti oleh banyak pejabat negara dan para politikus yang hanya memikirkan diri sendiri.

Saat ini hanya ada kepentingan segelintir orang yang selalu berdampak pada kesengsaraan masyarakat banyak. Birokrasi dan demokrasi juga sudah semakin tidak terkontrol hingga "kebablasan" dan memiliki kecendrungan negatif.

"Kematian Moerdiono, diharapkan dapat meninggalkan berbagai sisi positif negeri ini. Salah satunya adalah sosok kebersamaannya untuk bangsa dan negeri ini," demikian Prof Dr Alimin Siregar.
(T.KR-FZR/E011)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011