London (ANTARA) - Harga minyak mengembalikan kerugian besar menjadi naik lebih dari dua persen pada Rabu, di tengah ketatnya pasokan dan meningkatnya prospek sanksi Barat baru terhadap Rusia bahkan ketika tanda-tanda kemajuan muncul dari pembicaraan damai antara Moskow dan Kyiv.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 2,48 dolar AS atau 2,3 persen, menjadi diperdagangkan di 112,71 dolar AS pada pukul 10.03 GMT, membalikkan penurunan 2,0 persen di sesi sebelumnya.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melonjak 2,72 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi diperdagangkan di 106,96 dolar AS per barel, menghapus penurunan 1,6 persen pada Selasa (29/3/2022).

"Kami akan melihat tambahan 1 juta barel per hari dari produksi Rusia dalam risiko jika hubungan dengan Eropa memburuk dan embargo minyak diberlakukan, meskipun kami masih melihat ini tidak mungkin," kata konsultan JBC Energy dalam sebuah catatan.

“Amerika Serikat dan sekutunya sedang merencanakan sanksi baru pada lebih banyak sektor ekonomi Rusia penting karena mempertahankan invasi ke Ukraina, termasuk rantai pasokan militer.”

Pasar melihat aksi jual tajam di sesi sebelumnya setelah Rusia berjanji untuk mengurangi operasi militer di sekitar Kyiv, tetapi laporan serangan terus berlanjut.

Anggota parlemen utama Rusia pada Rabu memperingatkan Uni Eropa bahwa ekspor minyak, biji-bijian, logam, pupuk, batu bara dan kayu dapat segera dihargai dalam rubel, setelah sebelumnya menuntut agar negara-negara "tidak bersahabat" membayar dalam rubel untuk gasnya.

Analis Commonwealth Bank, Tobin Gorey mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pemulihan harga "menunjukkan pasar minyak, setidaknya, memiliki tingkat skeptisisme yang kuat tentang 'kemajuan' apa pun."

Fokus pasar telah beralih ke pasokan yang ketat setelah kelompok industri American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS turun 3 juta barel dalam pekan yang berakhir 25 Maret, tiga kali lipat penurunan rata-rata 10 analis yang disurvei oleh Reuters.

Menjaga pasar tetap ketat, produsen-produsen minyak utama tidak mungkin meningkatkan produksi di atas 400.000 barel per hari yang mereka sepakati ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, bertemu pada Kamis (31/3/2022), beberapa sumber yang dekat dengan kelompok itu mengatakan.

Namun, harga minyak menghadapi tekanan dari melemahnya permintaan di China karena pembatasan mobilitas yang diperketat dan penguncian terkait COVID-19 di beberapa kota termasuk pusat keuangan Shanghai.

Baca juga: Minyak naik karena pasokan ketat meski ada pembicaraan damai Ukraina
Baca juga: Harga minyak jatuh dipicu pembicaraan damai Rusia-Ukraina
Baca juga: Pemerintah patok harga biodiesel Rp15.559 per liter pada April 2022

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022