Nonton panggung Roo, publik perlu bersiap diri tanpa sensor, tanpa alih bahasa, tanpa pengantara apa pun.
Jakarta (ANTARA News) - Tidak ingin bermanis wajah dan bersolek kata puja-puji apalagi berpentas `goshow` (gosip dan show), sang Predator berujar, seorang pribadi yang lemah membawa pengaruh lemah kepada orang lain. So, buanglah Wayne Rooney pada tempatnya.

Rooney, tidak ingin dilabel sebagai Mister Lebai, meskipun Roo diganjar kartu merah oleh Wasit Wolfgang Stark saat Inggris bermain imbang 2-2 dengan Montenegro, pada laga kualifikasi Piala Eropa melawan Montenegro, Jumat lalu. Ini efek Rooney.

Tanpa memedulikan dengan "yang nyeni" apalagi dengan "yang indah", Roo menendang kaki bek Miodrag Dzudovic setelah dia kehilangan penguasaan bola pada menit ke-73. Stark yang berkewarganegaraan Jerman lantas berujar, "Ia menerima hukuman itu tanpa protes...." Dan manajer Three Lions Fabio Capello buru-buru mahfum dengan berkata, "Dia membuat kesalahan konyol dan telah mengatakan, `Ya, maaf`".

Baik Stark maupun Capello mengetahui bahwa segala yang baik berkaitan erat dengan keselarasan antara kata dan perilaku.

Menendang kaki lawan jauh dari nyeni, karena tidak lahir dari kejernihan dan kedalaman pengalaman pemain profesional. Dan media massa Inggris menyebut tindakan Roo sebagai bodoh dan tidak bertanggungjawab.

Ya, efek Rooney memengaruhi citra skuad asuhan Capello. Inggris memang lolos ke Polandia-Ukraina sebagai juara Grup H tapi bagaimana membaca teks berjudul aksi Roo? Akankah panji St George berkibar ketika berhadapan dengan Jerman, Spanyol dan Belanda?

Aksi Roo telah memorakporandakan strategi Inggris. Itu jelas. Capello menghadapi dilemma, kata kolumnis BBC Phil McNulty. Di satu sisi, pertaruhannya gengsi Inggris di ajang Piala Eropa 2012. Di lain sisi, Capello perlu menurunkan dua formasi tim, satu tim dengan Rooney, satu lagi tanpa Rooney.

Soalnya, Roo lebih berperan sebagai second striker ketimbang striker murni. Kemampuan "menarik" defender lawan dimanfaatkan rekan satu timnya untuk mencetak gol. Ia berjuluk predator sejati karena ia menggamit peningkatan rasio gol dari musim 2004/05 sampai dengan musim 2009/2010.

Pada musim kompetisi 2004/05, ia mencetak sebanyak 17 gol dari 43 laga yang ia lakoni (skala rasio 0,39). Musim 2005/06, 19 gol, 48 laga (SR 0,39). Musim 2006/07, 23 gol, 55 laga (SR 0,41). Musim 2007/08, 18 gol, 43 laga (SR 0,41). Musim 2008/09, 20 gol, 49 laga (SR0,40). Musim 2009/10, 34 gol, 42 laga (SR 0,81). Roo mencetak sebanyak 131 gol dari 280 pertandingan yang ia jalani, dengan SR 0,47.

Catatan statistik itu membuat Roo bermetamorfosis, dari seorang pencetak gol jempolan menjadi pencetak gol terpercaya. Ini bukan ulang-alik kata. Pemain Manchester United itu disebut-sebut sebagai penyerang tengah yang tampil taat asas, memanfaatkan umpan-umpan matang dan piawai mengambil tendangan penalti.

Mengapa Roo masih bengal? Publik menduga perbuatan bodoh dan tidak bertanggungjawab itu dilakukannya karena ia tidak nyaman dengan berita penahanan ayahnya oleh polisi. Ayahnya, Wayne Rooney Senior, ditangkap polisi Merseyside karena diduga terlibat dalam pengaturan pertandingan sepak bola.

Wayne Rooney Senior dan pamannya, Ritchie, diciduk bersama tujuh orang lain atas dugaan berkonspirasi melakukan kecurangan dalam perjudian sepak bola pada pertandingan Liga Primer Skotlandia antara Motherwell dan Heart, Desember silam. Menurut kepolisian Merseyside, semua orang yang terlibat dalam kasus tersebut telah dibebaskan dengan jaminan.

Alasan lainnya, Roo tampil layaknya pemain musik jazz, terbebas dari keterikatan konvensi umum, terpacu tampil apa adanya. Nonton panggung Roo, publik perlu bersiap diri tanpa sensor, tanpa alih bahasa, tanpa pengantara apa pun. Sejumlah testimoni dari pemain sampai pelatih mengukuhkan adagium itu.

"Anda bisa melihat cinta dan gairah Wayne Rooney terhadap permainan ini di wajahnya...sepak bola mengalir dalam darahnya," kata pemain Barcelona Lionel Messi. "Ia fantastis dan juara sejati," kata mantan rekannya Cristiano Ronaldo. "Rooney is unbelievable," kata pemain Chelsea, Didier Drogba. "Ia bisa mengendus bola, ia tahu mana arah bola bergerak," kata Jurgen Klinsmann yang merasakan insting pencetak gol dalam diri Wazza.

Di mata kaum positivis, kiprah Roo mengacu kepada ide mengenai bahasa yang bermakna, bukan sekedar "goshow`. Ia tidak ngegosip, ia tidak suka berperan dalam opera sabun. Ia bergumul dan bergulat dengan energi pengalaman publik di masa depan, bukan berkoar-koar apalagi bergincu tipu muslihat.

Rooney adalah kalimat yang punya pengaruh, kalimat yang bermakna. Hanya kalimat yang punya pengaruh, yang dapat dianggap sebagai bermakna. Dan Rooney bermakna!
(A024)

Pewarta: A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011