Shanghai (ANTARA) - Saham-saham Asia tergelincir pada perdagangan Jumat pagi, menyusul penurunan kuartalan terbesar dalam ekuitas global dalam dua tahun, karena investor khawatir tentang dampak perang Rusia-Ukraina dan meningkatnya risiko resesi.

Pada Kamis (31/3/2022), Presiden Rusia Vladimir Putin membalas sanksi Barat terhadap Moskow, mengancam akan menghentikan kontrak yang memasok Eropa dengan sepertiga gasnya kecuali jika dibayar dalam rubel.

Langkah itu mendorong Jerman, yang paling bergantung pada gas Rusia, menuduhnya melakukan "pemerasan" karena mengaktifkan rencana darurat yang dapat mengarah pada penjatahan.

Mencerminkan suasana suram sebagai akibat dari gangguan pasokan dan melonjaknya biaya bahan baku, kepercayaan bisnis Jepang mencapai level terendah sembilan bulan pada kuartal pertama menurut survei bank sentral Jepang, dengan perusahaan-perusahaan mengindikasikan mereka memperkirakan kondisi akan semakin memburuk.

Di Tokyo, indeks Nikkei turun 0,75 persen di perdagangan pagi, sementara indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,70 persen.

Indeks Hang Seng Hong Kong jatuh 1,1 persen, sementara KOSPI Seoul turun sekitar 0,6 persen dan saham unggulan China berbalik dari pembukaan yang lebih rendah menjadi naik 0,7 persen.

Indeks saham global MSCI, serta saham AS dan Eropa semuanya mencatat penurunan kuartalan terbesar sejak pecahnya pandemi COVID-19 pada 2020 di kuartal yang berakhir pada 31 Maret. Investor khawatir bahwa tekanan harga yang melonjak dapat memaksa bank sentral global untuk kenaikan suku bunga agresif, berpotensi memicu resesi.

Tetapi penurunan kuartalan di saham AS menutupi kembalinya indeks S&P500 yang terlambat, yang reli dari penurunan hampir 13 persen untuk menyelesaikan kuartal dengan penurunan sekitar 5,0 persen, menentang kekhawatiran atas kebijakan moneter yang lebih ketat dan ketidakstabilan global, dan berbeda dengan sinyal yang dikirim oleh pasar obligasi.

"Sepertinya berakhirnya konflik Ukraina dalam banyak hal akan memudahkan The Fed untuk tetap pada garis hawkish-nya mengingat reli saham pertumbuhan, dan penurunan terkait dalam spread kredit, berarti perbaikan dalam kondisi keuangan," kata Christopher Wood ahli strategi ekuitas global dan Asia di Jefferies.

"Tekanan politik tetap, setidaknya untuk saat ini, pada The Fed untuk mengetatkan."

Investor akan mengamati data pekerjaan AS Maret pada Jumat untuk indikasi inflasi upah, di samping angka pekerjaan utama.

Spread yang diamati dengan cermat antara obligasi AS dua tahun dan 10 tahun hampir tidak di atas nol pada Jumat pagi, setelah terbalik sebentar.

Pembalikan di bagian kurva imbal hasil AS ini dipandang sebagai sinyal yang dapat diandalkan bahwa resesi dapat terjadi dalam satu hingga dua tahun.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir 2,3781 persen, naik dari dari 2,325 persen pada akhir Kamis (31/3/2022), sementara imbak hasil obligasi 2-tahun tercatat 2,3648 persen, naik dari 2,284 persen.

Di pasar energi, harga minyak stabil menyusul penurunan pada Kamis (31/3/2022) yang dipicu oleh pengumuman Washington bahwa mereka akan membuat pelepasan terbesar dari cadangan minyak darurat AS, bagian dari upaya luas untuk mengendalikan laju inflasi.

Sementara minyak mentah AS terakhir turun sekitar 0,1 persen pada 100,18 dolar AS per barel, patokan global minyak mentah Brent naik 0,12 persen menjadi 104,84 dolar AS.

Dolar, yang telah diuntungkan dari arus safe-haven dan ekspektasi kenaikan suku bunga AS, masih menguat pada Jumat. Terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, greenback naik 0,08 persen pada 98,396, dan naik 0,55 persen terhadap yen di 122,33.

Euro beringsut lebih tinggi ke 1,1069 dolar AS.

Sementara itu, emas stabil setelah kenaikan kuartalan terbesar dalam dua tahun. Emas spot terakhir dikutip pada 1.937,05 dolar AS per ounce.


Baca juga: Saham Asia gabung dengan kenaikan global usai negosiasi Ukraina-Rusia
Baca juga: Saham Asia naik karena BOJ pertahankan kebijakan ultra-longgar
Baca juga: IHSG akhir pekan ditutup jatuh di tengah beragam pergerakan bursa Asia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022