... mengolah lahan pertanian seluas satu hektare, katanya, petani harus menyediakan dana hingga jutaan rupiah untuk biaya sewa dan membeli bahan bakar pompa air mulai dari pengolahan tanah hingga hujan turun...
Tegal (ANTARA News) - Sejumlah petani di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, nekad menanam lahan pertanian mereka dengan benih padi meskipun belum turun hujan, serta saluran irigasi kering akibat debit waduk di wilayah tersebut menyusut.

"Meskipun belum ada hujan saya nekat menanam padi, karena lahan tersebut sudah dua bulan telantar tanpa tanaman padi ataupun palawija akibat kekeringan," kata salah seorang petani, Sutarjo (36), di Slawi, Minggu.

Menurut dia, para petani di wilayah tersebut terpaksa mengolah lahan dan menebar benih padi meskipun tidak ada air untuk penyiraman, sehingga pada masa tanam pertama tersebut mereka hanya mengandalkan air sedotan sumur pantek.

Untuk mengolah lahan pertanian seluas satu hektare, katanya, petani harus menyediakan dana hingga jutaan rupiah untuk biaya sewa dan membeli bahan bakar pompa air mulai dari pengolahan tanah hingga hujan turun.

"Untuk awal pengolahan lahan yang telah mengeras akibat lebih dari dua bulan ditelantarkan, memerlukan penyedotan air selama 18 jam dengan biaya sewa Rp35.000 per jam, selanjutnya cukup lima hari sekali selama sekitar 10 jam sekali penyedotan," katanya.

Sedangkan jika mesin pompa air milik sendiri, Sutarjo menyebutkan biaya untuk bahan bakar mesin pompa selama 10 jam penyedotan membutuhkan 10 liter solar.

Sementara itu, petani lainnya, Sumitro (46), mengaku nekat menanam padi saat air penyiraman sulit diperoleh seperti saat ini supaya saat panen sekitar awal Maret 2012, harga gabah di tingkat petani lebih tinggi dari sebelumnya karena belum banyak petani yang panen.

"Saat ini hanya beberapa wilayah yang mulai menanam padi karena belum ada air, sehingga tanaman padi yang saya tanam sekarang akan panen lebih awal dan kemungkinan harganya akan naik," katanya.

Petani warga Desa Randusari, Kecamatan pagerbarang tersebut mengatakan, hasil panen Juni kemarin dari luas lahan satu hektare mendapat lima ton gabah dengan harga tebasan Rp12 juta dan hanya cukup untuk menutup modal tanam dan penyedotan air, sehingga pada panen lusa saya berharap harga gabah naik agar petani mendapat untung.

Sementara itu, Koordinator Pelaksana Alokasi Air Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Pemali Comal Adi Setijono mengatakan pada Oktober-Maret 2011 merupakan masa tanam pertama, kemudian kedua pada April-Juni 2012, dan ketiga Juni-Desember 2012 dengan pola tanam padi-padi-palawija, sehingga saat ini sebagian petani sudah mulai menanam padi meskipun belum ada hujan dan pintu air waduk sudah ditutup total.

"Masa tanam pertama tahun ini petani kesulitan air karena debit air Waduk Cacaban di Kabupaten Tegal dan Malahayu di Kabupaten Brebes sejak beberapa bulan terakhir menyusut dratis akibat musim kemarau, bahkan sekarang berada diambang batas keamanan sehingga harus ditutup total mulai Rabu (12/10) sampai turun hujan," katanya.

Ia mengatakan, penutupan pintu air merupakan hasil kesepakatan antara Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A) daerah irigasi dengan Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Pengairan Provinsi Jateng wilayah Pangkah, UPTD Slawi, serta Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Pemali Comal.

Ia menyebutkan, volume air Waduk Cacaban pada akhir September 10.971.585 meter kubik, kemudian awal Oktober 7.624.580.77 meter kubik, dan saat ini 5.063.732.613 meter kubik dengan elevase 6,6 meter, sementara volume air Waduk Malahayu tidak lebih dari tiga juta meter kubik sehingga pengeluaran air harus dihentikan. (ANT)


Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011