Samarinda (ANTARA News) - Polresta Samarinda, Polda Kalimantan Timur diminta transparan terkait tewasnya seorang siswa SMA yang diduga menjadi korban kekerasan polisi.

"Kami sudah merelakan anak itu meninggal namun yang kami tuntut adalah polisi harus membeberkan secara detail dan transparan kepada masyarakat mengapa anak yang masih dibawah umur tersebut harus tewas padahal dia berada di dalam pengawasan kepolsian," ungkap keluarga Ramadhan (16) anak polisi yang tewas sesaat setelah ditangkap polisi, La Bia, Senin malam.

Pihak keluarga kata La Bia merasa curiga sebab kematian Ramadhan baru disampaikan pada Minggu pagi sekitar pukul 09. 00 WITA.

"Semestinya saat ditangkap pihak keluarga sudah diberi tahu namun mengapa ketika anak itu sudah menjadi mayat baru kami diberi tahu. Anehnya lagi, polisi yang mmenghubungi bapak korban justru terlebih dahulu menanyakan apakah anak itu punya riwayat penyakit dan ketika dijawab tidak, polisi dari Polresta Samarinda itu langsung mengatakan kalau anak tersebut sudah berada di kamar mayat Rumah Sakit Dirgahayu," ungkap La Bia.

Pihak keluarga juga masih mempertanyakan alasan penangkapan Ramadhan.

"Sampai saat ini kami belum tahu mengapa dia ditangkap. Kami tidak mempersalahkan jika memang penangkapan tersebut terkait operasi Cipta Kondisi dan silahkan diproses sesuai hukum yang berlaku tetapi yang kami sesalkan mengapa anak itu harus meninggal sebab korban juga merupakan keluarga besar kepolisian karena bakapnya merupakan anggota Polri," katanya.

"Jadi, kami mendesak Perhimpunan Putra Putri Polri turun tangan agar masalah ini tidak terulang dan menimpa anak anggota Polri lainnya. Kami juga meminta Komnas Perlindungan Anak menyelidiki masalah ini sebab korban masih dibawah umur sebab apapun kejahatan yang dituduhkan kepadanya dia tetap memiliki hak hidup," kata La Bia.

Sebelumnya, Wakil Kepala Polresta Samarinda, Ajun Komisaris Besar Fadjar Abdillah menyatakan, Ramadhan ditangkap terkait operasi Cipta Kondisi yang digelar menyusul maraknya aksi curanmor.

"Pada Minggu dinihari semua jajaran Polesta Samarinda menggelar razia dalam rangka Cipta Kondisi terkait maraknya aksi curanmor. Saat itu diamankan empat orang yakni, Anton, Jimy, Ramadhan alias Madan dan Fadli bersama miras oplosan tersebut serta dua unit motor yang ternyata merupakan hasil kejahatan," katanya.

"Sekitar pukul 03. 30 WITA, salah seorang pemuda yang diamankan yakni Madan tiba-tiba kejang-kejang dan dari mulutnya mengeluarkan busa sehingga oleh anggota langsung dilarikan ke rumah sakit Dirgahayu. Namun setelah diberi pertolongan medis sekitar pukul 07. 20 WITA, Madan yang ternyata anak anggota polisi itu akhirnya meninggal,` ungkap Fadjar Abdillah.

Berdasarkan hasil visum sementara kata Fadjar Abdillah, tidak ditemukan adanya luka bekas penganiayaan dari tubuh siswa kelas II SMA itu.

"Tidak ada tanda-tanda fisik adanya luka bekas penganiayaan. Untuk memastikan penyebab kematiannya, organ tubuhnya akan dikirim ke Labfor di Surabaya sebab fasilitas untuk pemeriksaan organ tubuh belum ada di Samarinda," kata Fadjar Abdillah.

Namun, polisi lanjut dia akan tetap menyelidiki penyebab kematian Madan.

"Kami telah membentuk tim untuk menyelidiki apakah ada kesalahan prosedur pada penangkapan korban atau tidak," kata Fadjar Abdillah.

Dari pantauan hingga Senin malam, suasana duka terlihat menyelimuti puluhan warga dan kerabat korban yang melayat ke rumah siswa kelas II SMA Islam tersebut.

Jasad Ramadhan baru dikebumikan paa Senin malam sekitar pukul 22. 30 WITA sesaat isetelah bunya tiba dari Kendari, Sulawesi Tenggara. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011