Semarang (ANTARA News) - Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana mengatakan, hasil perombakan kabinet yang dinilai "gemuk" oleh banyak orang, bukan berarti tidak sehat dan tidak akan berjalan baik.

"Kalau misal tetap menyebut kabinet sekarang itu gemuk, tetap harus dipahami bahwa kondisi (orang, red.) gemuk itu tidak berarti sakit, dan kurus juga berarti sehat," katanya di Semarang, Rabu.

Hal tersebut diungkapkannya usai seminar "Indonesia 2014: Rekonstruksi Sistem Negara di Indonesia (Demokrasi atau Monarki)", seraya berkelakar, orang kurus pun banyak sakit tuberkulosis (TBC).

Menurut dia, masyarakat sebaiknya tidak salah menilai penambahan wakil menteri baru membuat kabinet "gemuk", sehingga kinerjanya tidak bisa berjalan maksimal, melainkan memberi kesempatan kabinet baru bekerja.

Penambahan wakil menteri, kata dia, sebenarnya didasari pertimbangan kinerja dan tugas menteri yang tergolong banyak, dan wakil-wakil menteri tersebut tugasnya memang membantu kinerja para menteri.

Ia berharap, masyarakat tidak berpikir pesimistis dengan langkah "reshuffle" kabinet yang baru saja dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sebelum melihat hasil kinerja mereka nantinya.

Ditanya "hilangnya" satu kursi menteri dari Partai Demokrat, Sutan mengaku pihaknya lebih memilih mementingkan kepentingan orang banyak dibanding memikirkan satu menteri di kabinet.

Partai Demokrat, kata dia, mengikhlaskan hilangnya satu kursi menteri dalam perombakan kabinet yang dilakukan Presiden SBY, karena pihaknya lebih memikirkan kepentingan masyarakat luas.

Sementara itu, dalam paparannya Sutan menyebut kebobrokan bangsa yang terjadi selama ini tidak disebabkan bentuk atau sistem negara yang diterapkan, melainkan moral para pemimpin bangsa, misalnya melakukan korupsi.

"Bagi saya, sistem demokrasi maupun monarki sebenarnya sama saja. Namun, demokrasi merupakan sistem yang memang sangat cocok bagi Indonesia," kata Sutan.

(U.KR-ZLS/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011