Seniman yang bernama lengkap Muhammad Guruh Irianto Soekarnoputra itu mengaku pagelaran tersebut adalah yang pertama sejak 12 tahun setelah pentas kolosalnya pada 1989.
"Saya menggelar pementasan ini karena dorongan teman-teman yang mengingatkan bahwa saya sudah 40 tahun berkarya," akunya.
Pagelaran pada Kamis malam (20/10) itu adalah pentas pertama untuk keluarga, sahabat dan media, sebelum rangkaian petikan karya Guruh ditampilkan selama tiga hari berturut-turut. Tampak hadir pada pementasan itu adalah Eros Djarot, Rina Hasyim, dan Maudy Koesnaedi.
Pentas yang berdurasi selama 120 menit itu terbagi dalam dua sesi, dengan menampilkan tarian dan nyanyian hasil karya Guruh selama empat dekade bergumul dengan dunia seni.
Sejumlah musisi yang ikut mewarnai pementasan itu antara lain Teuku Adi Fitrian (Tompi), Elfonda Mekel (Once), B3 dan Vidi Aldiano.
Sementara lagu yang dibawakan oleh para musisi ternama tanah air tersebut antara lain Smaradhana, Nostalgia Hotel Des Indes, Janger, Zamrud Khatulistiwa, Melati Suci dan Gemuruh, yang didedikasikan bagi almarhum ayahandanya.
Melalui pagelaran itu, koreografer dan komposer kelahiran Jakarta, 13 Januari 1953 itu ingin menyampaikan kecintaannya pada Indonesia melalui karya seni dan budaya. Terlebih lagi, adik bungsu mantan presiden Megawati itu juga ingin mengajak penonton di dalam ruang Teater Jakarta untuk melestarikan budaya bangsa.
"Saya ingin semua yang ada di sini untuk mengajarkan kesenian pada anak-anak kita, penerus kita, seperti yang saya lakukan. Karena bagi saya, seni adalah alat perjuangan," tegasnya.
Untuk menandai perayaan empat dekade Guruh berkarya, petikan karya Beta Cinta Indonesia itu akan dilangsungkan selama tiga hari pada Jumat (21/10) hingga Minggu (23/10). (SDP-05)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
