New York (ANTARA) - Dolar AS menguat ke level tertinggi hampir dua tahun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena investor mencerna sinyal hawkish dari Federal Reserve, tetapi dipertanyakan apakah nilai mata uang sudah mencerminkan langkah pengetatan lebih lanjut.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap mata uang utama lainnya mencapai 99,823 pada Kamis (7/4/2022), tertinggi sejak akhir Mei 2020. Terakhir naik 0,2 persen pada 99,810.

"Dengan para pedagang memperkirakan kenaikan suku bunga lebih dari 225 basis poin selama sisa tahun ini, tentu saja ada lebih banyak risiko Fed gagal memenuhi ekspektasi daripada melebihi ekspektasi mereka," kata Matthew Weller, kepala penelitian global di FOREX.com dan City Index.

"Tren naik greenback telah mulai goyah terhadap beberapa rival yang berkorelasi komoditas, tetapi sampai euro dan yen dapat menemukan landasan, jalur resistensi paling rendah untuk indeks dolar tetap berada di sisi atas," ujarnya.

Baca juga: Rupiah ditutup melemah tipis seiring agresivitas The Fed cegah inflasi

Baca juga: Saham Asia tergelincir karena Fed yang "hawkish" dan dolar menguat


Presiden Fed St. Louis James Bullard, seorang pemilih tahun ini di Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan dikenal sebagai seorang yang hawkish, terus membunyikan alarm tentang inflasi pada Kamis (7/4/2022).

Dia mengatakan The Fed tetap tertinggal dalam perjuangannya melawan inflasi meskipun kenaikan suku bunga hipotek dan imbal hasil obligasi pemerintah telah berpacu menjelang perubahan aktual dalam target suku bunga dana federal bank sentral.

Namun demikian, komentar Bullard berdampak kecil pada dolar.

Presiden Fed Chicago Charles Evans dan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, yang keduanya bukan pemilih pada 2022, pada Kamis (7/4/2022) mendukung kenaikan suku bunga, tetapi memberikan tandingan yang agak dovish.

Dolar menguat, pada Rabu (6/4/2022), setelah risalah dari pertemuan Fed Maret menunjukkan "banyak" peserta siap untuk menaikkan suku bunga dalam kenaikan 50 basis poin dalam beberapa bulan mendatang.

The Fed juga mengatakan akan mengurangi neraca Fed setelah pertemuan Mei pada tingkat 95 miliar dolar AS per bulan, awal dari pembalikan stimulus besar-besaran yang dipompa ke perekonomian selama pandemi.

Euro, di sisi lain, mencapai palung satu bulan terhadap dolar di 1,0871 dolar tetapi terakhir turun 0,2 persen pada 1,0875 dolar AS.

Pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) tampak tertarik untuk mengendurkan stimulus pada pertemuan 10 Maret mereka, dengan  mendorong tindakan lebih lanjut, karena kondisi untuk menaikkan suku telah dipenuhi atau akan segera dipenuhi, drmikian risalah pertemuan ECB menunjukkan pada Kamis (7/4/2022).

Pemilihan presiden yang tampaknya ketat di Prancis adalah kartu liar lainnya, dan prospek kandidat sayap kanan Marine Le Pen mengalahkan petahana Emmanuel Macron telah membebani euro dan surat utang Prancis menjelang pemungutan suara putaran pertama Minggu (10/4/2022).

Dolar Australia dan Selandia Baru turun 0,3 persen versus greenback, karena nada The Fed mengimbangi pergeseran hawkish dari bank sentral Australia, sementara mundurnya harga-harga komoditas juga membalikkan beberapa kekuatan mereka baru-baru ini.

Terhadap yen, dolar naik 0,2 persen menjadi 123,990.*

Baca juga: Rupiah melemah setelah rilis risalah pertemuan The Fed

Baca juga: Emas turun tipis di Asia karena dolar naik saat risalah Fed "hawkish"

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022