Moskow (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, Jumat, konvoi yang membawa Muamar Gaddafi tidak menimbulkan bahaya ketika diserang jet-jet tempur NATO, dan ia mempertanyakan keadaan seputar kematian orang kuat Libya tersebut.

Dalam wawancara yang disiarkan langsung di radio, Lavrov mengatakan, para pemimpin Barat terlalu dini merayakan kematian pemimpin kawakan Libya itu, lapor AFP.

"Kondisi kematiannya menimbulkan banyak pertanyaan," kata Lavrov. "Tindakan NATO juga menarik perhatian kami dari perspektif hukum internasional."

Lavrov mendengar Menteri Pertahanan Prancis Gerard Longuet mengatakan bahwa jet-jet NATO menembakkan rudal yang memburu kendaraan Gaddafi "yang dimaksudkan untuk menghentikan dan tidak menghancurkan" konvoi tersebut.

Ia menuduh blok militer yang bermarkas di Brussel itu melampaui mandat PBB yang memberi pasukan wewenang untuk menegakkan zona larangan terbang di Libya dan melindungi penduduk sipil.

"Tidak ada hubungan antara zona larangan terbang dan sasaran darat, termasuk konvoi ini," kata Lavrov. "Terlebih nyawa warga sipil tidak dalam bahaya karena mereka (konvoi itu) tidak menyerang siapa pun."

Lavrov juga menyatakan, Rusia yakin Gaddafi dibunuh oleh pasukan Dewan Transisi Nasional (NTC) dan tidak tewas akibat luka-lukanya seperti yang diklaim oleh para pejabat NTC.

"Kita harus bergantung pada fakta dan hukum internasional. Hukum internasional mengatakan bahwa selama konflik bersenjata... aturan kemanusiaan internasional harus ditegakkan," katanya.

"Konvensi (Jenewa) menetapkan bahwa begitu peserta konflik bersenjata ditahan, ia harus diperlakukan dengan prosedur khusus," kata menteri Rusia itu.

"Gambar yang kami lihat di televisi menunjukkan bahwa ia ditahan ketika terluka, dan kemudian, ketika sudah menjadi tahanan, ia dibunuh," katanya.

Lavrov mendesak penyelidikan internasional atas pembunuhan itu dan menambahkan, Rusia "yakin penyelidikan semacam itu akan dilakukan".

Rusia menentang keras operasi Barat di Libya, dan Lavrov pada Jumat mengingatkan bahwa Rusia hanya mengikuti perjanjian internasional dan tidak berusaha menyulut konfrontasi dengan Barat.

Jumat, NATO menyatakan tidak tahu Gaddafi berada dalam konvoi itu dan serangan udara "dilakukan hanya untuk mengurangi ancaman terhadap penduduk sipil, seperti yang ditetapkan dalam mandat PBB".

Sejumlah pejabat NTC mengatakan, Muamar Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis. Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli dua bulan lalu mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.

Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.

Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.

Gaddafi, pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011