Surabaya (ANTARA News) - Aktor Butet Kartaredjasa yang terkenal piawai menirukan suara tokoh-tokoh, mengaku selalu rindu dengan makanan khas Surabaya jika sedang bertandang ke kota pahlawan itu. "Kalau ke Surabaya, ya ingin rujak cingur, pecel, soto dan petis kupang," kata pria kelahiran Yogyakarta, 21 November 1961 itu saat datang ke Surabaya, Kamis untuk persiapan pementasan monolog dengan lakon "Matinya Toekang Kritik" di gedung Cak Durasim. Lulusan Sekolah Menengah Seni Rupa (1982) dan jebolan Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Institut Seni Indonesia (1982-1987) mengemukakan, sebetulnya hampir semua makanan khas Suroboyo ada di Yogyakarta, namun rasanya beda. Pendiri Komunitas Seni Kua Etnika (1995) yang kini tinggal di komplek Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Desa Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta itu mengaku sangat sering ke Surabaya, yakni dalam satu tahun bisa empat kali. Karena itu kecintaanya pada makanan di Surabaya tidak manjadi masalah. Bercerita mengenai kesenangannya pada makanan Jawa Timur itu ia mengemukakan, tidak lain karena dalam dirinya ada darah keturunan Jawa Timur. "Ibu saya kan berasal dari Lawang, Madura, dan leluhur saya berasal dari Madura, tapi saya sudah tidak bisa Bahasa Madura. Nggak tahu dari Madura mana ya," kata ayah dari Giras Basuwondo, Suci Senanti dan Galuh Paskamagma, hasil perkawinannya dengan Rulyani Isfihana itu. Mantan wartawan tabloid Monitor dan redaktur budaya pada harian Bernas itu juga bercerita bahwa dirinya hanya satu kali menginjak tanah leluhurnya, yakni di Bangkalan atau ujung paling Barat Madura. Butet akan mementaskan lakon karya Agus Noor di Gedung Cak Durasim, komplek Taman Budaya Jatim (TBJ), 17 - 18 Pebruari. Ia berjanji akan tampil dengan berbagai improvisasi yang biasanya muncul secara naluriah saat berada di atas panggung. "Setiap pementasan, saya selalu menampilkan improvisasi dan itu sudah menjadi naluri. Karenanya sampai sekarang saya tidak tahu seperti apa itu," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006