Aynur Amir, yang berasal dari wilayah Makit di Xinjiang, melamar pekerjaan di sebuah pabrik elektronik di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 2020. Hanya dalam waktu setahun, dia berkembang dari seorang pemula menjadi ahli teknis.
Urumqi (ANTARA) - Sejumlah warga Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, berbagi kisah tentang kehidupan dan karier mereka dalam sebuah konferensi pers daring (online) pada Jumat (8/4) lalu untuk menyanggah "sidang publik" dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (AS) belum lama ini mengenai apa yang disebut "tindakan kerja paksa".

"Menghormati keinginan pekerja selalu menjadi dasar penting untuk merumuskan kebijakan ketenagakerjaan Xinjiang, guna memastikan para pekerja dari semua kelompok etnis di sini dapat bekerja dan hidup dengan bebas," kata Xu Guixiang, juru bicara pemerintah daerah.

Apa yang disebut "sidang publik" tersebut mengumpulkan sekelompok orang yang disebut "saksi" yang tidak tahu apa-apa tentang fakta sesungguhnya di Xinjiang, kata Xu. "Sidang publik" itu sepenuhnya menunjukkan kemunafikan dan keabsurdan sistem hukum dan peradilan AS.

"Tuduhan 'kerja paksa' yang dilontarkan Amerika Serikat dan sanksi yang dijatuhkan sangat tidak masuk akal. Tidak ada yang disebut 'kerja paksa' sama sekali," kata Alida Tuerahmat, direktur sumber daya manusia di sebuah perusahaan manufaktur garmen di Prefektur Otonom Etnis Kazak Ili.

"Produk kami dijual ke luar negeri, dengan 320 karyawan dari kelompok etnis Han, Uighur, Kazak, Hui, dan lainnya," kata Alida Tuerahmat. "Karyawan secara sukarela menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan, yang sepenuhnya melindungi hak dan kepentingan mereka."

Dengan bantuan pemerintah, banyak pekerja dari etnis minoritas di Xinjiang telah menemukan pekerjaan yang memuaskan di berbagai provinsi dan daerah lainnya.

Aynur Amir, yang berasal dari wilayah Makit di Xinjiang, melamar pekerjaan di sebuah pabrik elektronik di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China tengah, pada 2020. Hanya dalam waktu setahun, dia berkembang dari seorang pemula menjadi ahli teknis.

"Pada tahun pertama, saya menghemat puluhan ribu yuan (1 yuan = Rp2.256) dan membeli sepeda listrik baru untuk orang tua saya serta beberapa ekor domba untuk keluarga saya," tutur Aynur Amir.

"Sudah lama pemerintah di semua tingkatan di Xinjiang sangat mementingkan isu ketenagakerjaan," kata Xu.

"Mereka mengupayakan kebijakan ketenagakerjaan yang proaktif dan mencoba segala cara untuk menciptakan lapangan kerja. Tujuan mendasarnya adalah melindungi hak-hak pekerja dan memungkinkan orang-orang dari semua kelompok etnis di Xinjiang untuk menikmati kehidupan yang lebih baik."

Diproduksi oleh Xinhua Global Service
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022