Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari Pangestu mengatakan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hanya memberikan dampak langsung sekitar 1-2 persen terhadap harga bahan pokok dan makanan olahan. "Dampak penurunan harga BBM terhadap harga kebutuhan pokok sampai sejauh ini memang belum terlalu signifikan. Selain masih memerlukan waktu untuk dampaknya dapat terlihat, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan harga tidak akan besar," kata Mari Pangestu dalam rapat kerja dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Jakarta, Rabu. Mendag menjelaskan komponen BBM dalam struktur biaya produksi produk-produk pertanian dan industri masing-masing hanya hanya sebesar 7-10 persen dan 8-15 persen saja. Jika penurunan harga BBM sebesar 15 persen maka hanya akan berpotensi menurunkan harga sebesar 0,7-1 persen. Namun, jika ditambah dengan pengaruh penurunan tarif listrik (daya maksimum saat beban puncak) dan "second round effect" dari penurunan harga BBM, harga makanan olahan dapat turun sekitar 3-10 persen. Menurut Mendag, adanya pengalihan sumber energi oleh industri dari BBM ke batubara pada 2008 menyebabkan pengaruh penurunan harga BBM berdampak kecil pada harga kebutuhan masyarakat. "Biaya transportasi dan distribusi diperkirakan sekitar 10 persen harga eceran. Pada tingkat pengecer komponen energi paling besar dalam struktur biaya adalah listrik, sedangkan komponen BBM relatif kecil, sehingga penurunan harga BBM dampaknya relatif kecil," tambahnya. Selain itu, cuaca buruk yang terjadi sejak awal bulan Januari hingga Maret 2009 seperti hujan lebat, banjir dan gelombang tinggi di sebagian wilayah Indonesia juga mempengaruhi distribusi. Ia mencontohkan, harga minyak goreng yang bertahan di sekitar Rp7.000-Rp8.000 per liter karena melemahnya kurs rupiah dan terganggunya distribusi akibat cuaca. "Harga minyak goreng 80 persennya disumbang oleh harga minyak sawit mentah (CPO). Biaya distribusi dan transportasinya tidak besar," jelas Mendag. Fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang ditanggung pemerintah (PPNDTP) dengan alokasi anggaran Rp800 miliar tahun ini juga tidak akan tercermin pada penurunan harga karena fasilitas tersebut telah diberlakukan sejak tahun lalu. Meski penurunan harga BBM tidak berdampak signifikan terhadap penurunan harga bahan pokok namun turunnya tarif angkutan umum diharapkan mengurangi pengeluaran masyarakat terhadap biaya transportasi. "Sekitar 20 persen dari belanja masyarakat menengah ke bawah untuk angkutan, jadi penurunan harga BBM akan meningkatkan pendapatan yang dapat dibelanjakan untuk bahan pokok," tuturnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009