Jakarta (ANTARA News) - Layanan komputasi awan (cloud computing) di Indonesia pada segmen Infrastructure as a Service (IaaS) diperkirakan tumbuh sekitar 54 persen hingga 2014, sementara hingga 2011 nilai pasarnya mencapai Rp2,1 triliun.

"Peningkatan penggunaan cloud computing karena industri semakin sadar manfaat efisiensi biaya yang ditawarkan jasa ini," kata penggagas Indonesian Cloud Forum (ICF), Teguh Prasetya, dalam siaran pers di Jakarta, Rabu.

Teguh menjelaskan pengoperasian industri komputasi mengalami pergeseran paradigma didorong peningkatan kesadaran di kalangan konsumen dan perusahaan untuk mengakses sumber daya Teknologi Informasi (TI).

Di Indonesia sektor Banking, Financial Services & Insurance (BFSI), Manufaktur, dan Telecommunications dan IT akan berkontribusi sebesar 65 persen dari pasar data center di industri.

Namun masih banyak perusahaan yang menunjukkan sikap skeptis terhadap penerapan sistem cloud karena adanya kekhawatiran terkait keamanan (security) dan privasi (privacy).

Hal ini diperparah dengan rendahnya konektivitas internet broadband yang handal di Indonesia.

Sementara itu Direktur IT & Supply PT Telkom Tbk Indra Utoyo mengatakan, terdapat tujuh risiko yang mengemuka soal keamanan di cloud computing.

Ketuju risiko itu adalah Privilege User Access, Regulatory Compliance, Data allocation, Data Secure, Recovery, Investigative support, dan terakhir Longterm Viability.

Sementara itu National Technology Officer di PT Microsoft Indonesia, Tony Seno Hartono mengatakan jeleknya pengetahuan orang tentang keamanan di internet yang menghantui adopsi Cloud Computing.

Selain itu orang merasa lebih aman menyimpan data di komputer sendiri daripada di cloud. Padahal kenyataannya, data di cloud bisa jadi jauh lebih aman daripada data tersimpan di komputer sendiri," kata Tony.

Selain kekhawatiran akan faktor keamanan, privasi juga menjadi isu yang menjadi perhatian Microsoft.

"Era social media mengubah kebiasaan orang dalam menangani privasi. Privasi menjadi sangat penting di cloud computing, karena tingkat privasi yang diinginkan setiap orang berbeda-beda. Dengan kemampuan privasi data, maka setiap orang bisa menentukan siapa yang berhak mengakses atau mengubah suatu informasi berdasarkan identifikasi digital," papar Tony.

Country Manager Cloud Computing Services IBM Indonesia Kurnia Wahyudi tingginya perhatian pengguna terhadap isu keamanan di dunia cloud computing, justru bisa dijadikan lahan bisnis baru bagi para penyedia layanan tersebut.

Dikatakannya, hal yang patut dipertanyakan sedari awal ialah standarisasi aman itu sendiri. Masalah keamanan itu sebenarnya yang menetukan pengguna sendiri. Cloud provider hanya menyesuaikan,? jelasnya.

VP Engagement Practice Ericsson Indoensia Rustam Effendie mengungkapkan, masalah keamanan bisa dimulai dari sisi jaringan penghantar, namun pengguna akan diminta untuk membayar tarif premium untuk layanan ini.

"Keterbatasan infrastuktur dasar seperti listrik sangat memberatkan perusahaan telekomunikasi memberikan akses broadband yang murah," kata Rustam.

Sementara Kepala Sub Teknologi dan Infrastruktur Ditjen Aptika Kominfo, Nooriza, mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan aturan melalui Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Penyelenggaraan Informasi dan Transaksi Elektronik (PITE) tentang isu keamanan dan privasi di cloud computing.

"Ini peluang usaha nasional. Apapun layanan yang ditempatkan di Indonesia akan mendorong tumbuhnya industri layanan yang dimaksud, begitu juga dengan cloud computing," ujar Nooriza.

Di dalam RPP PITE disebutkan bahwa data center perusahaan layanan transaksi elektronik di Indonesia harus berada di dalam wilayah teritori Indonesia. "Hal ini akan mendukung peluang bisnis cloud computing di Indonesia," katanya.

Sedangkan Direktur Strategic Business Development Intel Indonesia Harry K Nugraha menyarankan adanya standar dan kriteria spesifik dari penyelenggaraan layanan cloud computing di Indonesia.

"Sebaiknya para pemangku kepentingan di cloud itu yang mengusulkan ke pemerintah hal-hal yang harus diregulasi atau tidak, karena mereka yang tahu kebutuhannya," katanya.(Antara)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011