PBB (ANTARA News) - Laporan awal hasil penyelidikan menunjukkkan bahwa Muamar Gaddafi tidak ditembak setelah ditangkap pekan lalu, kata seorang utusan Libya kepada Dewan Keamanan PBB, Rabu.

"Menurut laporan awal, tidak satu pun revolusioner menembaknya setelah mereka menangkapnya," kata Ibrahim Dabbashi, wakil duta besar Libya untuk PBB, lapor AFP.

Dabbashi menyampaikan pernyataan itu pada pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai Libya dimana kekhawatiran atas pelanggaran HAM diajukan lagi.

"Menurut penyelidikan awal dan informasi yang kami terima, Gaddafi terluka selama bentrokan antara pendukungnya dan revolusioner," kata Dabbashi kepada DK yang beranggotakan 15 negara.

Setelah penangkapannya, "ia berdarah-darah di perut dan kepala dan meninggal setibanya di rumah sakit di Misrata", kata utusan itu.

Jenazah Gaddafi dimakamkan di sebuah lokasi gurun rahasia pada Senin (24/10).

Dewan Transisi Nasional (NTC) membentuk sebuah komisi independen untuk menyelidiki kematian Gaddafi dan mengatakan, hasil temuan akan diumumkan ketika penyelidikan selesai.

Kantor hak asasi manusia PBB hari Senin (24/10) menyambut baik pengumuman Libya mengenai pembentukan komisi yang akan menyelidiki kematian presiden terguling itu, yang telah menjadi isu kontroversial.

"Kami menekankan pentingnya memastikan bahwa proses yang benar diikuti, sesuai dengan hukum internasional, dalam memperlakukan semua tahanan," kata juru bicara Ketua Komisi Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia.

Keresahan internasional semakin meningkat berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Gaddafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota asalnya Sirte dikuasai pasukan NTC pada Kamis (20/10).

Sehari setelah Gaddafi tewas, Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay mengatakan, kondisi seputar kematian pemimpin terguling Libya itu tidak jelas dan penyelidikan harus dilakukan.

"Mengenai kematian Gaddafi kemarin, keadaannya masih tidak jelas," kata Pillay, melalui juru bicaranya, Rupert Colville, Jumat (21/10).

"Ada empat atau lima versi berbeda mengenai bagaimana ia tewas," katanya.

"Harus dilakukan penyelidikan mengenai apa yang kita lihat kemarin," tambah juru bicara itu.

Ada tanda tanya yang belum terjawab seputar kematian Gaddafi -- rekaman gambar ponsel tampaknya menunjukkan ia ditangkap dalam keadaan berdarah-darah namun masih hidup dan kemudian dibunuh oleh para penangkapnya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga menyerukan penyelidikan internasional atas kematian pemimpin kawakan Libya itu.

"Gambar yang kami lihat di televisi menunjukkan bahwa ia ditahan ketika terluka, dan kemudian, ketika sudah menjadi tahanan, ia dibunuh," katanya, Jumat (21/10), dalam wawancara yang disiarkan langsung di radio.

Lavrov mendesak penyelidikan internasional atas pembunuhan itu dan menambahkan, Rusia "yakin penyelidikan semacam itu akan dilakukan".

Para pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC) mengatakan, Muamar Gaddafi tewas selama pertempuran untuk menguasai kota tempat asalnya, Sirte, pada Kamis (20/10). Namun, beberapa negara besar Barat yang mendukung pemberontak Libya menguasai Tripoli dua bulan lalu mengatakan, mereka masih mencari konfirmasi mengenai kebenaran berita itu.

Gaddafi menjadi buronan sejak NTC menguasai ibu kota Libya, Tripoli, pada Agustus, dan ia berhasil menghindari penangkapan meski pasukan NTC memperoleh sejumlah petunjuk mengenai lokasinya.

Ia berulang kali melontarkan janji-janji untuk melanjutkan perang, ketika semakin banyak negara mengakui NTC sebagai pemerintah yang berkuasa di Libya.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa, bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011