Timika, Papua (ANTARA) - Pemuka Agama Katolik yang juga merupakan Pastor Paroki Gereja Katedral Tiga Raja Timika, Papua, RD Amandus Rahadat Pr mengajak pemerintah daerah dan masyarakat Kwamki Lama untuk membangun kembali kehidupan yang harmonis di wilayah rawan konflik itu.

Saat memimpin perayaan Paskah di Gereja Katolik Santo Paulus Kwamki Lama, Minggu, Pastor Amandus mengemukakan bahwa dulu Kwamki Lama yang saat ini dinamakan Kwamki Narama dikenal sebagai komunitas warga asli Papua.

Pemukiman warga asli Papua dari berbagai suku di wilayah pegunungan itu dibuka sejak era 1970-an, kemudian menyusul Kwamki Baru.

Baca juga: Anies sebut Paskah momentum refleksi diri

"Kalau kita mundur lagi ke belakang, tanah dataran rendah di Mimika ini dihuni orang Kamoro. Guru-guru perintis mulai datang tinggal bersama mereka. Almarhum Mozes Kilangin membawa injil di tanah ini. Makanya almarhum Monsinyur John Saklil (Uskup pertama Keuskupan Timika) membuat misa sulung di sini karena di sini ada komunitas asli Papua," kata Pastor Amandus.

Keharmonisan kehidupan warga asli Papua dari berbagai suku di wilayah pegunungan di Kwamki Lama itu mulai terkoyak sejak terjadi konflik besar di wilayah itu sejak 2006.

Baca juga: Kapolda Sumut sebut ibadah Jumat Agung berjalan aman dan kondusif

Konflik itu membuat banyak rumah warga dibakar dan puluhan orang meregang nyawa. Tidak heran, banyak warga meninggalkan Kwamki Lama untuk pergi mencari tempat tinggal yang baru.

"Akhirnya rumah dan tanah yang menjadi hak mereka ditempati orang lain. Orang Amungme, Moni, Mee, dan Dani semua lari dari sini, cari tempat lain seperti di SP 12, SP 13, SP 5, Timika Indah dan daerah lain di luar Kwamki Lama," tutur Pastor Amandus.

Saat masih banyak warga Amungme, Moni, Mee dan Dani menetap di Kwamki Lama, kegiatan ibadah atau misa di Gereja Katolik Kwamki Lama digelar dua kali setiap hari minggu karena umat membludak.

Baca juga: Polda Lampung terjunkan 446 personel amankan perayaan Paskah

Namun setelah konflik panjang melanda wilayah itu, kegiatan misa di Gereja Katolik Kwamki Lama hanya satu setiap hari minggu, itupun hanya dihadiri beberapa orang.

"Mereka semua ada di mana? Mereka sudah meninggalkan tanah dan rumahnya. Ini adalah kematian dalam hidup, itu artinya kita belum bangkit," kata Pastor Amandus yang dikenal sebagai sosok yang sangat kritis itu.

Dia mengemukakan, dewasa ini ada banyak orang, termasuk orang Katolik kelihatan hidup tapi sesungguhnya mereka sudah mati.

"Mati rasa, rasa harga menghargai hak hidup orang lain. Kita tahu bahwa itu milik orang tapi kita mengambil itu menjadi milik kita," ujarnya.

Dia berharap kondisi masyarakat Kwamki Lama yang sudah lama mati suri itu segera hidup kembali, dimana warga dari berbagai suku pegunungan Papua bisa hidup berdampingan dengan damai, tanpa konflik, tanpa perang, tanpa pembunuhan dan kekerasan lainnya.

"Saya terima kasih untuk Wakil Bupati Mimika John Rettob yang hadir dalam perayaan misa di Kwamki Lama ini. Saya hanya mau tanya sampai kapan kematian ini berlangsung. Kita harus keluar dari liang kematian ini. Saya ingin menyapa warga Kwamki Lama yang tersebar di mana-mana, ayolah mari kita bikin gerakan, kembalilah. Kembali, kita bangun Kwamki Lama," ajak Pastor Amandus.

Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022