Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan perkotaan harus bebas dari unggas, agar mata rantai virus flu burung atau Avian Influenza dapat diputus. "Perkotaan harus bebas dari unggas. Jika masih ada unggas maka harus segera dimusnahkan," kata Menteri Kesehatan dalam acara pencanangan Gerakan Indonesia Bebas Polio bersama Menko Kesra Aburizal Bakrie, dan puluhan artis di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Sabtu. Fadilah mengatakan perkotaan yang padat penduduk seharusnya hanya menjadi wilayah penyimpanan, distribusi, dan pasar. Sementara peternakan berada di wilayah pinggiran atau sub urban. "Meski spesimen dari Hongkong menyebutkan virus flu burung belum menunjukkan bentuk yang berbeda, kita tetap harus waspada. Saat ini virus itu hanya menyebar dari unggas ke manusia," katanya. Namun dengan hasil spesimen tersebut Indonesia tidak berarti diam saja, tapi harus cepat bergerak jangan sampai virus berubah bentuk menyebabkan penyebaran dari manusia ke manusia. "Perhatikan tetangga apakah masih ada unggas, jika ada segera diberantas. Karena korban flu burung bisa saja mereka yang justru bukan pemelihara, tapi mereka yang di sekitarnya ada unggas," katanya. Lebih lanjut, Fadilah menjelaskan jika di tempat tetangga terdapat unggas maka secepatnya agar dilaporkan ke ketua Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW) agar mereka melakukan pemberantasan unggas tersebut. Sementara soal penangganan penyakit, bagi penderita seharusnya segara memeriksakan diri ke pusat kesehatan masyarakat yang telah ditunjuk. Ia mencontohkan penderita yang harus segera memeriksaan diri adalah mereka yang telah merasakan gejala seperti batuk, panas dan sesak napas sementara si penderita bertempat tinggal dekat dari tempat pemeliharaan unggas. Fadillah yakin mata rantai penyebaran flu burung di Indonesia akan dapat putus jika semua pihak ikut berperan. Disingung soal keinginan dari Asosiasi Dokter Hewan agar hewan diberikan vaksin, Fadilah enggan berkomentar. "Saya tidak bisa menanggapi. Hal itu sangat kompleks dan tidak bisa dijawab dengan satu atau dua kata. Kita perlu lakukan pembicaraan," katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006