Hanoi (ANTARA News) - Interpol, Rabu, melancarkan upaya baru guna mengkoordinasikan perang global melawan perburuan gelap harimau, dan memperingatkan kegagalan untuk melindungi kucing besar yang terancam punah tersebut akan memiliki gaung sosial dan ekonomi.

Organisasi polisi internasional itu menyatakan penting bahwa semua 13 negara tempat harimau masih dapat ditemukan bekerjasama guna memerangi kejahatan terhadap satwa liar.

David Higgins, manager program kejahatan lingkungan hidup Interpol, mengatakan kepunahan harimau akan memiliki dampak bukan hanya pada keragaman hayati tapi juga "kestabilan ekonomi dan kestabilan keamanan" negara tempat hewan liar tersebut sekarang ditemukan.

"Masyarakat, bangsa akan kehilangan kepercayaan pada pemerintah mereka, dan pemerintahan mereka yang baik dan peraturan hukum kereka akan mampu melindungi spesies yang menjadi lambang itu seperti harimau dari aksi kejahatan," kata Higgins di Vietnam, sebagaimana dikutip AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Rabu malam.

Program baru Interpol, Project Predator, dirancang untuk membantu mengkoordinasikan semua upaya polisi, pejabat bea-cukai dan margasatwa di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand dan Vietnam

"Penyelundupan dan perdagangan gelap anggota badan harimau dan produknya terjadi mana saja di seluruh perbatasan internasional, sehingga pelaksanaan hukum terhadapnya menjadi tantangan," kata Interpol di dalam satu pernyataan yang disiarkan dalam pertemuan umum tahunannya di Hanoi, Vietnam.

Project Predator, yang mendapat dana dari AS, Inggris dan Bank Dunia, juga akan berbagi keterangan dengan lembaga perlindungan dalam upaya meningkatkan kesadaran.

Higgins mengatakan penerapan hukum "bukan satu-satunya jawaban" dan pengentasan orang miskin serta pendidikan yang lebih besar juga diperlukan.

Jumlah harimau telah porak-poranda akibat perburuan gelap dan hilangnya habitat mereka dalam satu abad belakangan, sehingga jumlah kucing liar besar tersebut merosot dari sebanyak 100.000 pada 1900 jadi kurang dari 3.500 saat ini, kata Interpol.

Kucing besar itu, yang diburu untuk diambil bulu, tulang dan bagian lain tubuhnya, diperkirakan akan punah paling lambat pada 2022, kalau hewan tersebut tak dilindungi, kata kelompok suaka margasatwa WWF.

Wakil kepala departemen kejahatan lingkungan hidup di Vietnam Mayor Jenderal Vu Hong Vuong mengatakan kepada wartawan negara itu memiliki lebih dari 110 harimau --kendati 80 di antara hewan tersebut dipelihara di dalam kandang.

"Kami telah mendeteksi beberapa kasus penyelundupan harimau dari Thailand, melalui Laos, Myanmar ke Vietnam lalu ke China. Kami memerlukan kerja sama dari polisi negara lain dalam melindungi hewan buas, seperti harimau," katanya.

(Uu.C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011