Tidak ada peluru perak dalam melihat ESG. Jadi, jangan tergantung pada satu sumber penilaian ESG rating.
Jakarta (ANTARA) - Aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola atau environment, social, dan governance ESG menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam merancang rencana bisnis yang berkelanjutan, kata Founder lembaga riset ESG Bumi Global Karbon Deni Daruri.

Karena itu ia menyarankan agar perusahaan-perusahaan tidak hanya bergantung pada satu sumber penilaian ESG, tapi juga mengedepankan transparansi dan keterbukaan pelaporan perusahaan terhadap aspek-aspek ESG yang sudah dilakukan.
 
"Tidak ada peluru perak dalam melihat ESG. Jadi, jangan tergantung pada satu sumber penilaian ESG rating," ujarnya dalam sebuah diskusi bertajuk 'Penguatan ESG dan Daya Saing BUMN Tambang Indonesia di Negara G20' yang dipantau di Jakarta, Senin.
   
Deni menyampaikan bahwa kinerja perusahaan tambang yang patut terhadap ESG memberikan total imbal hasil bagi pemegang saham sebesar 34 persen selama tiga tahun terakhir atau 10 poin lebih tinggi dibandingkan dengan indeks pasar umum.
 
Laba bersih di sektor ESG naik sebesar 15 persen, cash on hand naik 40 persen, dan kapitalisasi pasarnya juga naik hampir dua pertiga menjadi 1,46 triliun dolar AS.
 
Namun, hanya 30 persen dari 40 perusahaan besar yang mengadopsi pelaporan transparansi pajak pada 2020.
 
Satu komponen penting dalam ESG adalah transparansi pajak, memberikan kesempatan kepada perusahaan pertambangan untuk menyoroti kontribusi keuangannya yang signifikan kepada masyarakat dan peningkatan yang dihasilkan dan pendidikan, infrastruktur, dan kualitas hidup.
 
Deni menjelaskan ada beragam agency rating memberikan penilaian yang berbeda untuk perusahaan yang sama. Tak hanya itu, penggunaan ESG rating harus sesuai kebutuhan dan juga tujuan pasar investor.

Baca juga: Aturan baru perpajakan dan PNBP batu bara beri manfaat maksimal
 
Berdasarkan survei investor dan hasil wawancara Rate the Raters 2020 oleh Sustainability, ERM Grup Company,  investor menggunakan lebih dari satu rating ESG untuk menginformasikan penelitian mereka tidak hanya MSCI, Sustainalytics, CDP, maupun ISS ESG. Penggunaan beberapa data membantu mengisi kesenjangan.
 
Investor mendeskripsikan penggunaan peringkat ESG lebih untuk daya yang mendasarinya dan bukan skornya.

Peringkat ESG menjadi titik awal analisis investasi sebagai pengertian umum untuk lanskap ESG sebuah perusahaan atau skor tertentu. ESG rating hanyalah salah satu masukan dalam proses analisa yang lebih besar.
 
Sementara itu, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya mengatakan penguatan prinsip ESG dapat meningkatkan daya saing BUMN tambang Indonesia MIND ID di negara-negara yang tergabung dalam forum G20.
 
Berdasarkan analisa Refinitiv-Thomson Reuters dan BGKF di tahun 2020, ungkap Berly, PT Aneka Tambang dan PT Vale Indonesia memiliki capaian yang cukup baik dalam implementasi ESG disusul oleh PT Bukit Asam dan PT Bumi Resource dengan PT Timah masih perlu berbenah.
 
"Dalam konteks Indonesia bagian dari G20 dan menjadi presidensinya, ini menjadi momentum bagi Indonesia dan perusahaan-perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan tambang untuk meningkatkan daya saing," pungkas Berly.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022