Cannes, Prancis (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Kamis pukul 09.00 waktu setempat (15.00 WIB) akan menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Meksiko Felipe Calderon di sela-sela KTT G-20 di Cannes, Prancis.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa dalam keterangan pers di Cannes, Rabu malam atau Kamis WIB pukul 03.30, menjelaskan pertemuan bilateral itu adalah bagian dari rangkaian kunjungan kerja Presiden selama KTT G-20.

Pada 3 November 2011 mengawali kegiatan G-20, Presiden akan melakukan bilateral dengan Presiden Meksiko pukul sembilan pagi, dan kemudianmenghadiri sesi pertama pertemuan G-20, papar Hatta.

KTT G-20 sendiri akan dimulai Kamis ini pukul 12.30 waktu setempat dengan acara penyambutan kepala negara tamu oleh tuan rumah Presiden Prancis Nicolas Sarkozy.

Menurut Hatta dalam "working lunch" sesi pertama akan membicarakan mengenai kondisi ekonomi global dan rencana pemulihan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Siang harinya akan menyoroti perdagangan, sedangkan malan akan membahas `global governance."

Dalam sesi pertama selama "working lunch", Presiden akan mengambil inisiatif intervensi tentang topik kondisi ekonomi global dan upaya menciptakan lapangan kerja, demikian Hatta.

Pada hari kedua KTT akan dibahas sejumlah hal dalam beberapa sesi, meliputi regulasi keuangan, keamanan pangan dan pertanian, serta pertumbuhan dan kemudian penyusunan deklarasi dari pertemuan itu, sambung Hatta.

Indonesia bersama lima negara laindianggap ecara tepat mengalokasikan anggarannya.

"Indonesia dianggap baik mengelola fiskal secara keseluruhan. Meski untuk subsidi menurun karena dana yang disiapkan untuk perlindungan sosial meningkat maka terjadi pergeseran pendekatan, yaitu dengan penurunan subsidi dan kemudian diarahkan untuk perlindungan sosoil," kata Hatta.

Sementara itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan KTT G-20 kali ini akan memfokuskan penyelesaian masalah ekonomi di zona "Euro", termasuk skema penyelamatan Yunani yang diinisiasi Uni Eropa, namun Yunani meminta mengadakan referendum untuk mengikuti skema itu.

"Indonesia meminta agar G-20 yakin tidak hanya melihat proses ekonomi jangka pendek, namun lebih pentingnya adalah proses ekonomi jangka panjang, misalkan, di zone ekonomi lain bagaimana negara-negara yang mengikutinya," ujarnya.(*)

P008/C004

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011