Jakarta (ANTARA) - Psikolog Fania Kusharyani mengatakan salah satu penyebab terjadinya perkawinan anak adalah orang tua yang kurang memiliki pengetahuan dan akses ke layanan kesehatan dan reproduksi bagi remaja.

"Banyak orang tua kurang pengetahuan dan akses ke layanan kesehatan dan reproduksi bagi remaja. Mereka kurang pengetahuan mengenai kesehatan remaja, kesehatan reproduksi, apa dampak-dampak negatif dari hubungan seksual di usia dini," kata Fania dalam webinar bertajuk "Kapan Usia Kawin Anak yang Berisiko?" yang diikuti di Jakarta, Jumat.

Selain itu, orang tua juga kesulitan mengkomunikasikan kesehatan reproduksi dan masalah seksualitas pada anak dan remaja.

Baca juga: Kemen PPPA ajak putus mata rantai perkawinan anak

"Di Indonesia, sering kali kita masih tabu untuk mengkomunikasikan pendidikan seksual. Itu yang dapat menghambat anak-anak untuk mengetahui pentingnya menjaga diri," kata Fania.

Penyebab lainnya, adanya kekhawatiran orang tua akan masa depan anak serta kurangnya kedekatan orang tua dan anak remaja. Padahal, kedekatan hubungan orang tua dan anak penting untuk mencegah terjadinya perkawinan usia anak.

Selain itu, faktor lainnya adalah anak kurang memiliki informasi tentang kesehatan dan isu reproduksi serta kurangnya informasi dan kesadaran terkait dampak kesehatan maupun psikologis dari perkawinan usia dini.

Sementara Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian PPPA Rohika Kurniadi Sari mengajak semua pihak untuk memutus mata rantai perkawinan usia anak.

Baca juga: Kementerian PPPA: UU TPKS langkah progresif cegah perkawinan anak

Baca juga: Marak pemberitaan pelajar hamil KPPPA minta cegah perkawinan anak


"Isu ini memang kita harus putus mata rantainya bersama-sama," kata Rohika.

Dia menambahkan pernikahan tidak seharusnya terjadi karena sebuah romantisme saja, namun juga dibutuhkan pengetahuan dan kompetensi yang cukup untuk membangun sebuah keluarga.

"Sekali lagi, menikah itu tidak hanya sebuah romantisme belaka, tapi juga (harus) punya pengetahuan atau kompetensi yang tentu saja harus dibangun di dalam keluarga," katanya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022