Menurut Deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Jasa, Parikesit Suprapto, di Jakarta, Jumat, perubahan itu dilakukan karena Inhealth adalah anak usaha Askes yang mengelola program asuransi kesehatan komersial secara terpisah dari skema asuransi kesehatan (askes) sosial untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang (UU) Nomor 40/2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional.
"Nantinya, mereka [Inhealth] bersiri sendiri sebab kinerjanya bagus serta memenuhi UU BPJS," ujar Parikesit.
Ia mengatakan, Inhealth harus membuat rencana program kerja dalam lima tahun mendatang, yakni untuk mengetahui berapa besar kebutuhan perusahaan tersebut sehingga dapat memperkuat modal dasarnya.
"Mereka lagi hitung semua kebutuhannya dengan membuat RKAP lima tahun," ujarnya.
Askes memiliki 98 persen porsi saham Inhealth, yang terdiri dari 294.000 lembar saham senilai Rp294 miliar, sedangkan Koperasi Karyawan 2 persen atau 6.000 saham senilai Rp6 miliar. Saat ini, Inhealth memiliki 300 karyawan dengan 12 kantor pemasaran dan 50 kantor pelayanan pelanggan.
Direktur Utama Inhealth, Risa Ch. Ginting, mengungkapkan bahwa jika Inhealth beralih menjadi BUMN tidak mutlak diikuti oleh peningkatan modal, dan saat ini modal minimum yang disyaratkan pemerintah adalah Rp100 miliar.
Saat ini, manajemen Inhealth menggenjot pemasaran dari kanal keagenan dan memperkuat kerja sama dengan broker untuk memenuhi target produksi akhir tahun sebesar Rp1 triliun.
Inhealth yang baru beroperasi April tahun lalu itu, hingga Januari 2011 sudah menghasilkan produksi premi Rp52 miliar per bulan.
Jika premi di bulan-bulan berikutnya rata-rata sama, menurut dia, maka hingga akhir tahun diperoleh Rp600 miliar.
Ia menambahkan, Askes akan berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada 1 Januari 2014.
(T.KR-SSB)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
