“Para perempuan perlu lebih memahami mengenai berbagai kemungkinan kejahatan apa saja yang bisa terjadi di ruang digital,” ujar Mira dalam talkshow “Bermedsos Asyik dengan AKHLAK” yang diselenggarakan Puan Teruna ANTARA (PENA) di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan media sosial ibarat pedang bermata dua, satu sisi berdampak positif dan sisi lainnya berdampak negatif. Bentuk kekerasan berbasis gender daring tersebut, di antaranya Cyber Grooming (kejahatan yang dilakukan orang dewasa untuk memperdaya korban), Infringement of Privacy (kejahatan mencuri data pribadi seseorang).
Baca juga: Esensi pemikiran dari RA Kartini emansipasi bagi kaum minoritas
“Cyber Grooming ini masih banyak terjadi, terutama di daerah pelosok yang mereka belum mengerti bagaimana itu media sosial,” kata dia.
Selanjutnya, Cyber Harassment (intimidasi yang dilakukan secara siber), Malicious Distribution, Hacking (penggunaan teknologi untuk menyebarkan konten-konten yang merusak reputasi korban), dan Online Defarmation (pencemaran nama baik).
“Ada data-data pribadi yang perlu kita jaga, ada data pribadi umum dan ada data pribadi khusus. Misalnya, data pribadi khusus yang terkait dengan nomor rekening, berapa pendapatan maupun nama ibu kandung. Data ini tidak boleh dibagikan,” imbuh dia.
Mira mengimbau masyarakat untuk cerdas dalam bermedia sosial, dengan pemahaman mengenai literasi digital, pemahaman penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari, dan partisipasi, kolaborasi secara aktif dan kreatif.
Talkshow tersebut merupakan rangkaian “Kartini Reborn Festive”, yang dibuka oleh Direktur Utama Perum LKBN Antara Meidyatama Suryodiningrat. Kegiatan tersebut menghadirkan pembicara lainnya, yakni Koordinator Gerakan #BijakBersosmed, Enda Nasution, dan moderator Manik Prajana.
Baca juga: Pakar imbau milenial aktif bela negara lewat medsos
Baca juga: Akademisi: Masyarakat harus laporkan pelaku kejahatan digital medsos
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022