Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia menargetkan pencapaian surplus beras 10 juta ton pada 2014 untuk mengantisipasi krisis pangan dunia.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Achmad Suryana pada seminar nasional memperingati Hari Pangan Sedunia 2011 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu, mengatakan perubahan iklim yang ekstrem mengancam ketersediaan pangan sehingga Pemerintah Indonesia akan terus berupaya mengembangkan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal.

Dia mengatakan selain diversifikasi pangan, pihaknya juga berupaya menurunkan angka konsumsi beras masyarakat sebesar 1,5 persen per kapita per tahun untuk mencapai surplus beras.

"Ketergantungan konsumsi beras selama ini secara nasional masih tinggi, yakni 139,15 kilogram per kapita per tahun," katanya.

Dia mengatakan jika angka konsumsi beras tidak diturunkan, maka akan berdampak pada rawannya ketersediaan pangan di dunia.

Menurut dia, ketersediaan pangan dunia juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk dunia yang semakin bertambah.

Ia mengatakan pada 2010 jumlah penduduk dunia yang mengalami kerawanan pangan mencapai 1,02 miliar orang atau 15,8 persen dari jumlah total penduduk dunia.

"Jumlah penduduk dunia diperkirakan bisa mencapai 9,1 miliar pada 2050 sehingga perlu tambahan produksi pangan global sebanyak 70 hingga 100 persen dari persediaan pangan tahun ini," kata dia.

Ia mengatakan pangan menjadi permasalahan global karena terjadi perubahan iklim global, kerusakan lingkungan, penurunan kualitas lahan dan air sehingga terjadi penurunan kapasitas produksi dan ketidakpastian panen.

Menurutnya, beberapa hambatan memenuhi ketersediaan pangan di Indonesia adalah sebaran produksi pangan yang tidak menentu dan belum memadainya prasarana transportasi sehingga meningkatkan biaya distribusi pangan.

Ia mengatakan untuk menyelesaikan persoalan itu pemerintah telah menetapkan sejumlah kebijakan ketahanan pangan 2010-2014.

Menurutnya, beberapa strategi ketahanan pangan menyangkut penyediaan beragam pangan dan makanan berdasarkan potensi sumber daya dan budaya lokal, pemberian bantuan pangan bersubsidi, dan membangkitkan kegiatan produksi pertanian.

"Pengembangan produk pangan olahan berbasis tepung lokal atau berasan non padi bisa menjadi salah satu alternatif pemenuhan keberagaman pangan," katanya.

Menurutnya, pemerintah juga terus berupaya mempertahankan cadangan beras nasional mengatasi gejolak pasokan dan harga," katanya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM Suhardi mengatakan Indonesia memiliki sumber kekayaan alam untuk mewujudkan ketahanan pangan.

Ia mengatakan sumber pangan tidak hanya dihasilkan di sawah atau ladang, melainkan juga hutan tropis dan pekarangan.

"Semestinya Indonesia mampu memanfaatkan keragaman sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan melalui berbagai penerapan teknologi," katanya.

(ANT-293/H008)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011