Moskow (ANTARA News)) - Rusia pada Senin akan meluncurkan tiga astronout ke stasiun ruang angkasa internasional untuk misi penting dalam program ruang angkasanya setelah serangkaian kegagalan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dua warga Rusia dan seorang Amerika akan meluncur di atas roket Soyuz-FG dari kosmodrom Baikonur di Kazakhstan pada pukul 10.14 GMT (11.14 WIB), peluncuran berawak pertama sejak pensiunnya pesawat ulang-alik Amerika Serikat yang menjadikan Rusia satu-satunya negara yang mampu membawa manusia ke stasiun ISS.

Itu juga peluncuran pertama setelah sebuah pesawat pasokan tak berawak Progress yang menuju ke ISS jatuh ke Siberia tak lama setelah bertolak dari Baikonur pada Agustus lalu, kecelakaan ruang angkasa terburuk Rusia dalam beberapa tahun.

Bencana itu, yang disalahkan pada kegagalan penggunaan teknik, telah mendorong pengaturan kembali sepenuhnya jadwal waktu bagi peluncuran ke ISS dan pelarangan sementara roket Soyuz, arus utama program ruang angkasa Rusia selama beberapa dasawarsa.

Rusia mengharapkan sebuah misi yang lancar akan mencabut hari-hari bernuansa gelap setelah peluncuran pada 9 November pesawat Phobos-Grunt-nya ke Mars berakhir dalam bencana lainnya dengan kegagalan pesawat tersebut mengarahkan jalannya ke planet merah itu.

Orang Amerika, Dan Burbank, dan orang Rusia, Anton Shkaplerov dan Anatoly Ivanishin, akan ke ISS dalam sebuah kapsul TMA-22 Soyuz, untuk bergabung dengan awak yang ada warga Amerika Mike Fossum, Satoshi Furukawa dari Jepang dan Sergei Volkov dari Rusia.

Peluncuran mereka pada awalnya telah dijadualkan pada 22 September, tapi ditunda selama hampir dua bulam karena kecelakaan pesawat kargo Progress, yang diluncurkan ke ruang angkasa oleh roket Soyuz-U.

Peluncuran berawak terakhir dari Baikonur adalah pada Juni lalu, dan persoalannya merupakan kekecewaan besar bagi Rusia pada tahun ini yang menandai setengah abad sejak Yuri Gagarin melakukan perjalanan berawak pertama ke antariksa dari kosmodrom bersejarah yang sama.

Seperti halnya Progress dan mungkin Phobos-Grunt, Rusia telah kehilangan tiga satelit navigasi, sebuah satelit militer terdepan dan sebuah satelit komunikasi karena peluncuran yang buruk dalam 12 bulan terakhir.

Kantor berita RIA Novosti telah mengutip sumber yang tak disebutkan jadi dirinya, yang mengatakan telah bekerja selama beberapa tahun di industri ruang angkasa Rusia dan bahwa sektor itu dalam krisis.

"Sejumlah besar kegagalan ruang angkasa Rusia dalam tahun-tahun terakhir disebabkan oleh faktor manusia -- dengan kesalahan dalam pemerograman, kalkulasi bagi penerbangan dan kesalahan oleh pembangunnya," kata sumber itu.

Roket Soyuz rancangan pertama terbang pada akhir 1960-an dan telah menjadi tulang punggung program ruang angkasa Soviet dan kemudian Rusia sejak itu.

Reputasinya telah dipojokkan oleh kegagalan Progress untuk mencapai orbit Agustus lalu, tapi sistem Soyuz untuk penerbangan antariksa berawak memiliki catatan keselamatan yang membanggakan, dengan Rusia menyombongkan bahwa kesederhanaannya telah memungkinkannya untuk dipakai lebih lama.

Sementara NASA telah menderita kehilangan fatal pesawat ulang-alik Challenger dan Columbia pada 1986 dan 2003, Moskow tidak menderita kefatalan dalam ruang angkasa sejak awak-awak Soyuz-11 tewas pada 1971 dalam kapsul mereka ketika kembali ke Bumi, demikian AFP.
(Uu.S008/M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011