London (ANTARA) - Otoritas Rusia pada Rabu membantah tuduhan bahwa mereka menggunakan pasokan gas alam sebagai alat pemerasan setelah raksasa energi Gazprom menghentikan aliran gas ke Polandia dan Bulgaria.

Kremlin mengatakan negara-negara lain yang menolak membeli gas Rusia dengan mata uang rubel akan menghadapi tindakan yang sama.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan keputusan Gazprom adalah salah satu upaya Rusia untuk menggunakan gas sebagai instrumen pemerasan. Tapi juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak tuduhan itu.

"Rusia tetap menjadi pemasok sumber daya gas andal kepada pelanggannya dan tetap berkomitmen pada kewajiban dalam kontrak," kata Peskov.

Dia enggan mengatakan berapa banyak negara yang telah sepakat membayar gas dengan rubel sesuai keputusan Presiden Vladimir Putin bulan lalu, yang saat itu mengatakan bahwa negara yang menolak akan diputus aliran gasnya.

"Ketika pembayaran mendekati tenggat, jika beberapa konsumen menolak membayar berdasarkan sistem yang baru, maka dekret presiden tentunya akan diterapkan," kata Peskov.

Saat ditanya apakan Rusia siap kehilangan dana yang bisa diperolehnya jika negara-negara Eropa menolak membayar gas dalam rubel, Peskov mengatakan: "Segala hal sudah diperhitungkan, semua risiko sudah diperkirakan dan tindakan yang perlu telah diambil."

Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia setop pasokan, aliran gas Jerman ke Polandia meningkat
Baca juga: Rusia akan tangguhkan pasokan gas alam ke Polandia dan Bulgaria
Baca juga: Rusia setop gas ke Polandia, perdalam keretakan dengan Barat

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022