Ini abad Asia"
Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - "Ini abad Pasifik-nya Amerika," cetus Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton dua pekan lalu.

Pernyataan mutakhir Hillary ini menunjuk tekad AS untuk lebih mengakrabi kawasan Pasifik yang dirincinya dari India sampai sepanjang pantai barat benua Amerika.

Tak hanya Hillary, Perdana Menteri Australia Julia Gillard pun berpandangan serupa. Julia berkata, "Ini abad Asia. Secara ekonomi, politik, sosial, strategis dan budaya, negara-negara Asia menjadi semakin sentral bagi masa depan kita (Australia)".

Ya, semuanya kini mencermati Asia, dan juga ASEAN. Bahkan Rusia yang lebih Eropa pun merapat ke Asia, apalagi sekitar dua pertiga wilayahnya ada di Asia.

Pasar yang sangat gemuk dan ekonomi yang terus bertumbuh di kawasan ini membuat segala bangsa bergegas mendekat.

Maka, pada KTT ASEAN ke-19 dan rangkaian KTT terkaitnya, termasuk KTT Asia Timur, para pemimpin top dunia memaksa diri untuk menghadirinya.

Sayang, di hari-hari menentukan, Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Perdana Menteri Selandia Baru John Key urung pergi karena harus mengurusi pemilu di negerinya.

Kendati begitu, kedua pemimpin menegaskan komitmen negara mereka untuk tetap mengikatkan diri dengan Asia dan ASEAN.

Medvedev pun mengutus Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov guna memastikan Rusia siap untuk Asia.

Saat bertemu di Honolulu, Hawaii, pada forum APEC, kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Medvedev mengatakan Rusia tetap akan mendukung Asia.

"Mereka justru menanyakan apa yang bisa mereka bantu," kata Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah.

Keseriusan serupa ditunjukkan Presiden AS Barack Obama. Sejak naik berkuasa pada 2009, Obama berulang kali menyebut pentingnya Asia.

Tekadnya itu diwujudkan dengan berusaha hadir di Bali. Begitu pertemuan puncak APEC di Honolulu, tuntas, Obama langsung melesat ke selatan Pasifik di mana Indonesia dan Australia berada.

Mengutip Gedung Putih, Obama berada di Australia pada 16- 17 November untuk meyakinkan Australia dan Selandia Baru bahwa AS tetap sekutu tradisional mereka.

Selesai di Australia, Obama akan ke Bali untuk menghadiri KTT Asia Timur. Ini adalah kali kedua dalam setengah masa jabatannya, Obama ke Indonesia.

Perdana Menteri Australia Julia Gillard, Perdana Menteri China Wen Jiabao, Perdana Menteri India Manmohan Singh, Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda, dan Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak juga akan hadir di Nusa Dua.

Muhibah politik tingkat tinggi ini menggambarkan betapa pentingnya Asia dan ASEAN di mata dunia. Pandangan ini didasarkan pada banyak aspek, terutama ekonomi.

Dari sisi ekonomi, dari waktu ke waktu Asia memang kian atraktif, tidak terkecuali ASEAN.

Pelan tapi pasti

ASEAN sendiri bisa dibilang berpostur lebih besar dari masa sebelumnya.

Berdasarkan hitungan produk domestik bruto (PDB) versi Bank Dunia pada 2010 saja, asosiasi yang akan menjadi "satu masyarakat" pada 2015 itu menjadi kekuatan kelima setelah AS, Zona Euro, RRC dan Jepang.

PDB gabungan sepuluh negara anggota ASEAN adalah 1,818 triliun dolar AS.

Angka ini di bawah PDB AS (14,5 triliun dolar), Zona Euro (12,1 triliun dolar), China (5,8 triliun), dan Jepang (5,4 triliun dolar), tetapi di atas India (1,7 triliun dolar), Rusia (1,4 triliun dolar), Korea Selatan (1,01 triliun dolar), dan Australia dengan 924 miliar dolar AS.

Jika PDB ASEAN digabungkan dengan Asia Timur plus India dan Rusia, maka akan menempati peringkat satu dunia dengan total PDB sekitar 16 triliun dolar AS.

Dengan gambaran seperti ini, wajar bila dunia, dari adidaya sampai negeri-negeri kecil, melihat Asia dengan penuh gairah.

"Semakin jelas bahwa pada abad ke-21 pusat strategis dan ekonomi dunia akan berada di Asia Pasifik," kata Hillary Clinton.

Bahkan Brazil yang tak berada di Pasifik, ikut melirik ASEAN dan Asia Timur.  Hari ini di Nusa Dua, negara ini menyepakati Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama (TAC) dengan ASEAN.

Ya, ASEAN telah menjadi aktor penting dunia yang walau berbeda warna politik namun sukses mengikatkan diri satu sama lain.

Pada banyak hal ASEAN juga kian mandiri.  Dalam kasus Myanmar misalnya, ASEAN menolak gaya "main tekan" ala Barat. Sebaliknya pendekatan yang akomodatif khas ASEAN menuai hasil cukup positif berupa populernya lagi kekuatan sipil di Myanmar.

Pada isu-isu canggih seperti senjata nuklir ASEAN pun mengambil pendekatan serupa. Lima penguasa senjata nuklir dunia (Amerika Serikat, China, Prancis, Inggris dan Rusia) diajaknya menghormati zona bebas senjata nuklir Asia Tenggara.

Sedangkan di Laut China Selatan yang bergolak, ASEAN menempuh pendekatan sama moderatnya dengan menawarkan "tata berprilaku" yang bisa mencegah kekuatan-kekuatan yang enggan berunding, memaksakan kehendaknya.

Sebaliknya, ASEAN enggan mengadopsi pendekatan provokatif ala Presiden Filipian Benigno Aquino yang mengusulkan "front bersama ASEAN" untuk menghadapi China di Laut China Selatan.

Di samping menekankan dialog dan akomodasi, ASEAN juga menyenangi cara-cara gradual, misalnya pada proposal Visa Bersama ASEAN dan inisiatif "jendela tunggal" untuk arus keluar barang dan jasa.

Tahap-tahap integrasi ASEAN pun disusun dengan mempertimbangkan tingkat kesiapan anggotanya.

Itulah cara ASEAN, dan juga cara kebanyakan Asia. Pelan tapi pasti, tak perlu main gertak.

Kini dunia melihat hasilnya, di tengah krisis hebat di Zona Euro dan Amerika Serikat, Asia dan ASEAN tumbuh menjadi kekuatan ekonomik-politik yang disegani dunia.(*)

AR09/A023

Oleh Jafar M. Sidik
Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2011