Denpasar (ANTARA News) - Semula tidak ada seorang pun yang tahu kapan pesawat akan diberangkatkan dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Sabtu malam ini.

Pun tak ada dari pihak otoritas yang berani memberi jawaban pasti, apalagi seorang petugas berstatus trainee bernama depan Ade.

Perempuan belia yang ditugasi menjaga pintu masuk menuju pesawat terbang itu akhirnya tak punya jawaban untuk sejuta pertanyaan dari ribuan orang yang memadati ruang tunggu di Gate 15 dan 16 Bandara Ngurah Rai Bali tersebut.

Ada penumpang yang menunggu dari jam 3 siang, bahkan seorang bapak yang hendak terbang ke Semarang sudah berada di Bandara Ngurah Rai sejak jam 11 siang.  Padahal, jarum jam sewaktu mereka ditanyai ANTARA sudah menunjukkan pukul 20.45 WITA atau 8.45 malam.

Ketika tulisan ini diselesaikan waktu sudah menunjukkan pukul 00.20 WITA. Artinya sudah berganti hari.

Tak ada yang memberi jawaban memuaskan kepada ribuan penumpang yang tiba-tiba menumpuk di Bandara Ngurai Rai, Sabtu malam ini.  Sampai dua jam kemudian muncul pengumuman permohonan maaf pihak bandara atas keterlambatan penerbangan baik kedatangan maupun keberangkatan.

"Mbak, ini kan nomor-nomor penerbangan.  Semua nomor ini sudah berangkat belum?" tanya seorang gadis yang mengaku hendak terbang ke Jakarta, menunjuk lembaran kertas putih bertuliskan kombinasi angka yang ditaruh di atas meja petugas.

Petugas bandara bernama depan Ade itu menjawab, "Saya tak tahu mbak."  Jawaban sama dilontarkan oleh rekan-rekan dia lainnya.  Wajah yang kelelahan dan memendam beraduk rasa terpancar dari wajah anak-anak muda itu.

Para penumpang memang mengetahui ini adalah akibat dari perhelatan besar KTT ke-19 ASEAN di Nusa Dua sana.

Mereka tahu Presiden Barack Obama pulang melalui Ngurah Rai. Mereka juga tahu malam ini sembilan pemimpin ASEAN, dan pemimpin delapan negara mitra, juga pulang ke tanah airnya usai menghadiri KTT ASEAN dan KTT-KTT terkaitnya.

"Sampai jam ini saja (20.30 WITA) baru separuh kepala negara yang sudah pulang," kata seorang petugas yang meminta namanya tak disebutkan.

Banyak penumpang yang kaget setelah mengetahui tak ada satu pun otoritas resmi yang bisa memastikan ribuan penumpang ini akan diberangkatkan.

Sebagian dari mereka maklum atas kejadian langka ini, sebagian tidak bisa menerimanya, kendati mereka tahu itu semua "karena persoalan negara."

"Tadinya saya akan berangkat jam 12 malam, tapi saya majukan dengan membeli tiket (keberangkatan) untuk yang jam 6 malam...eh tahunya saya malah terjebak, tapi sudahlah ini mungkin 'rejeki' saya," kata Rudy Suprayogi (59) yang mengaku akan pergi ke Jakarta.

Bahkan ada yang sedikit menarik dan unik.  Para penumpang sebuah maskapai penerbangan murah pelat merah sudah menaiki pesawatnya, tetapi mereka terpaksa menunggu dalam pesawat.  Ternyata itu terjadi pada pesawat-pesawat lainnya.

Menurut seorang petugas jaga, pesawat itu sebenarnya sudah siap berangkat sejak lebih dari 30 menit lalu.  Apalagi penumpangnya memang sudah berada dalam pesawat.

Banyak penumpang --termasuk turis-turis asing yang akan pulang ke negerinya atau melanjutkan melancong ke situs-situs wisata lainnya dari Bali-- bisa memaklumi kejadian yang luar biasa ini.  Tapi, banyak juga yang tidak bisa menerima ketidakpastian ini.

"Kalau memang disuruh nunggu ya bilang sampai kapan, begitu juga kalau dibatalkan, jangan dibuat bertanya-tanya terus begini dong," ketus seorang pria jangkung yang mengenakan jas.

Ade dan puluhan petugas yang rata-rata anak muda itu sudah tidak lagi memiliki jawaban, wajah sebagian dari mereka seperti hendak menangis.  

"Sabar ya pak," kata seorang petugas berpakaian putih hitam yang masih muda usia.

"Jangan ngomong sabar deh," potong seorang bapak yang kekesalannya memuncak mengingat sudah lebih dari enam jam dia berada di dalam ruang tunggu keberangkatan pesawat tanpa ada seorang pun yang bisa mengatakan kepadanya apakah harus menunggu atau membatalkan keberangkatannya.

Para petugas dan awak pesawat yang sudah "landing" berbagi informasi bahwa banyak pesawat yang memutuskan mengundurkan terbang ke Ngurai Rai karena bandara sedang diprioritaskan untuk tamu negara yang akan pulang ke negerinya.

Setiap rombongan kepala negara akan berarti membuat penerbangan ditunda paling sebentar 30 menit.  Padahal Ngurah Rai adalah salah satu bandara tersibuk di Indonesia.

"Sesuai aturan internasional, jika ada penerbangan VVIP maka akan dilakukan penundaan sekitar 30 menit sebelum kedatangan pesawat VVIP dan 15 menit sesudah pesawat VVIP mendarat," kata  Sugiyono dari PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Ngurah Rai.

Ya memang bagus patuh pada ketentuan internasional dan mungkin memang banyak penumpang yang memaklumi dengan berkata "tidak apa ditunda atau dibatalkan", asal ada yang menjelaskan dan memberi kepastian.

Andai semua sudah bersiap dengan jadwal-jadwal kedatangan dan kepulangan para tamu agung bakal mempengaruhi semua jadwal keluar masuk melalui Bandara Ngurah Rai --setidaknya sejak jauh-jauh hari ada desakan kepada maskapai-maskapai untuk menerangkan kepada penumpang bahwa pada hari-hari istimewa itu akan ada penumpukan penumpang akibat terganggunya jadwal terbang-- maka mungkin malam ini tak ada yang merasa dibuat tidak pasti.

Ini adalah pelajaran bahwa rencana yang dibuat otoritas haruslah mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan pengaruhnya kepada apa-apa yang dianggap oleh mereka bukan prioritas.

Dunia sudah seperti organisma hidup. Perubahan pada satu bagian, akan memengaruhi bagian-bagian lainnya. Untuk itu segala rencana mestilah diketahui siapapun dan apapun yang bisa terpengaruh rencana itu.  (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011