Jakarta (ANTARA) - Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Inggris berkolaborasi dengan organisasi kepemudaan Perkumpulan Kader Bangsa dan Equator Initiative for Policy Research (EIPR) untuk membahas regenerasi kepemimpinan politik di Indonesia.

"Regenerasi kepemimpinan politik di Indonesia ada di tangan para pemudanya. Tetapi generasi muda ini perlu dipastikan bahwa mereka punya kapabilitas dan perspektif yang tepat, serta mendapat mentor yang sesuai," kata Ketua Perkumpulan Kader Bangsa Dimas Oky Nugroho di London Utara, Sabtu, seperti dikutip oleh keterangan pers, Minggu.

Dalam acara "Kepemimpinan dan Kolaborasi Pemuda Diaspora untuk Kemajuan Diplomasi dan Pembangunan Indonesia" itu, Dimas mengatakan bahwa sebagian pemuda Indonesia harus bisa menjadi pemimpin politik. Mereka juga harus memiliki perspektif geopolitik yang kuat dan mendapat mentor yang tepat untuk menjadi pemimpin.

Menurutnya, mempersiapkan pemimpin, khususnya di bidang politik, memang rumit. Selain perlu memiliki kapabilitas dan mendapatkan mentoring, kata dia, pemuda juga perlu menyadari bahwa mereka perlu berkolaborasi, mau rendah hati, dan berpikir filosofis.

“Saat ini eranya rame-rame bergerak mempersiapkan diri menjadi pemimpin. Eranya kolaborasi dan bekerja sama. Tetapi, perlu diperhatikan bahwa konsekuensinya mereka juga perlu merunduk. Tidak merasa benar sendiri dan mau berpikir filosofis,” kata Dimas di depan sekitar 25 mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh studi di Inggris.

Oleh karena itu, dia mendorong para pemuda untuk menyadari perlunya memahami "perjuangan jalan sunyi", perjuangan tanpa pamrih atau tidak mendapat sorotan publik tetapi merealisasikan berbagai upaya nyata di berbagai bidang dan daerah.

"Saya mendorong para pemuda untuk menjadi pemimpin politik ke depannya dengan mengambil jalan kecil atau jalan tikus. Ini yang saya sebut sebagai vernacular politics. Perjuangan pemuda dimulai dari jalan-jalan yang mungkin tidak mendapat sorotan tapi dampaknya nyata,” kata Dimas.

Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di London Khairul Munadi juga berbicara tentang pentingnya eksposur terhadap kompleksitas permasalahan nyata di tengah publik. Eksposur yang dimaksud salah satunya adalah diversitas atau keberagaman di tengah masyarakat.

"Pemuda kita perlu mendapat lebih banyak keterpaparan terhadap perbedaan ini. Kita perlu memahami pentingnya thoughtful disagreement (ketidaksetujuan yang bijak). Tanpa bisa menerima perbedaan, pemuda tidak mungkin mau bekerja sama dan mendorong kemajuan di masyarakat,” kata Khoirul.

Dengan menyampaikan ketidaksetujuan secara bijak, pemuda sebagai generasi penerus kepemimpinan politik akan dapat berbuat lebih nyata bagi masyarakat karena mereka dapat melihat permasalahan di tengah-tengah masyarakat secara lebih utuh, kata dia.

Selain itu, kata Khoirul, mereka juga mudah berkonsolidasi dan tidak merasa risih dengan perbedaan pendapat.

Baca juga: KDEI Taipei gandeng PCINU Taiwan gelar pelatihan pemulasaraan jenazah
Baca juga: PCINU Inggris Raya: Ratusan diaspora santri siap mengabdi

Pewarta: Katriana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022