Manila (ANTARA News) - Seorang pejabat senior PBB, Rabu menyerukan peningkatan bantuan internasional untuk hampir 700.000 orang yang terlantar akibat konflik dan banjir di Filipina selatan, banyak di antara mereka berada dalam kondisi yang menyedihkan.

Catherine Bragg, asisten sekjen PBB uutuk urusan kemanusiaan, mengatakan aksi kekerasan yang berulang-ulang di pulau Mindanao menyebabkan seluruh masyarakat tidak dapat bertani atau memperoleh pengobatan medis yang layak.

"Saya sangat prihatin dengan dampak itu bagi penduduk yang terlantar, terutama mereka yang terkena dampak konfrontasi berdarah antara pasukan pemerintah dan kelompok-kelompok bersenjata, dan konflik antar suku," katanya kepada wartawan setelah mengunjungi daerah itu.

Dia bertemu dengan satu keluarga yang dilanda banjir setelah terpaksa pindah akibat konflik senjata dua kali dalam lima tahun, dan seorang bekas petani yang berubah posisi menjadi nelayan untuk membantu keluarganya.

"Di Mindanao, banyak kebutuhan pokok manusia tidak memuaskan saat ini," kata Bragg.

Dia menyerukan pemerintah dan sejumlah kelompok bersenjata di wilayah itu menahan diri untuk tidak menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan.

"Bantuan yang kami berikan sama sekalai netral dan sama sekali tidak berpihak," katanya,

Tiga pekerja Komite Palang Merah Internasional (ICRC) diculik tetapi kemudian dibebaskan tanpa cedera oleh gerilyawan Muslim di provinsi Sulu Juli tahun 2009.

Seorang pembantu truk kargo juga tewas ketika pria-pria tidak dikenal menyerang satu truk yang mengangkut bantuan pangan Program Pangan Dunia PBB untuk penduduk yang terlantar akibat konflik di provinsi Lanao del Sur tahun 2008.

Bragg mengatakan PBB akan memintn bantuan kemanusian senilai 37.9 juta dolar tahun depan untuk Mindanao, tempat terjadinya aksi gerilyawan, bandit dan serangan kelompok garis keras Islam yang menyebabkan puluhan ribu orang tewas dan banyak yang lainnya hidup terlantar.

PBB dan mira-mitra bantuannya berhasil mengirim bantuan sehnilai 17.98 juta dolar AS ke Mindanao tahun ini, kurang dari 33,3 juta dolar dari target tahun 2011, tambahnya.

Presiden Benigno Aquino memulai kembali gencatan senjata dan perundingan perdamaian dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) setelah dia terpilih tahun lalu.

Akan tetapi,kata Bragg pertempuran yang sering terjadi dengan suku-suku Muslim terus menimbulkan pengungsian.

Banjir yang luas Juni lalu menyebabkan banyak orang yang membutuhkan bantuan, dengan sejumlah masyarakat menderita akibat banjir dan konflik itu,katanya.

"Di Mindanao, hampir 700.000 orang masih sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, perlindungan dan bantuan mata pencaharian," katanya.

Bragg mengatakan dia mengharapkan jumlah para pekerja PBB dan organisasi kemanusian lainnya di kawasan itu akan meningkat sementara bantuan akan datang tahun depan, tetapi mengatakan dia tidak tahu jumlah pastinya.

Lebih dari 50 kelompok PBB dan orgaaisasi bantuaan lainnya beroperasi di Mindanao, kata pejabat urusan kemanusiaan dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusian unit Filipina kepada AFP.
(H-RN/B002) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011