London (ANTARA News) - Harga minyak jatuh pada Rabu karena para pedagang khawatir tentang kemerosotan aktivitas manufaktur di konsumen energi teratas global China, dan ketegangan baru atas dampak dari krisis utang negara zona euro.

Harga terus menurun dalam transaksi sore di London, meskipun ada tanda-tanda permintaan energi lebih kuat dari perkiraan di Amerika Serikat, yang merupakan konsumen minyak terbesar dunia, laporAFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Januari menyusut 1,88 dolar AS menjadi 107,15 dolar AS per barel.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk Januari, merosot 1,43 dolar AS menjadi 96,58 dolar AS.

"Harga komoditas terus mendapat tekanan dari bangkitnya kembali dolar AS dan berlanjutnya erosi selera risiko (risk appetite) dalam menghadapi memburuknya data ekonomi di Eropa," ujar analis CMC Markets Michael Hewson.

"Harga minyak mentah tergelincir tajam meskipun data persediaan menunjukkan penarikan yang lebih besar dari yang diharapkan 6,2 juta barel."

Harga juga terpukul oleh penguatan greenback, yang membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal untuk pembeli yang memegang mata uang lainnya.

Mata uang tunggal Eropa pada Rabu, jatuh terhadap dolar ke posisi terendah baru enam minggu, karena penjualan obligasi Jerman secara mengejutkan lemah, memperkuat kekhawatiran atas krisis utang negara zona euro.

Pada sekitar 16.00 GMT, euro merosot ke 1,3327 dolar -- sebuah tingkat yang terakhir terlihat pada 6 Oktober.

Investor pada Rabu menjauhkan diri dari penerbitan obligasi 10-tahun Jerman, yang dianggap standar emas utang zona euro, membuat tawaran hanya 3,9 miliar euro (5,2 miliar dolar AS) untuk 6,0 miliar euro dari sekuritas yang ditawarkan.

Selain itu, sentimen terpukul oleh berita bahwa kegiatan sektor swasta zona euro mundur untuk ketiga bulan berjalan pada November karena pebisnis khawatir tentang dampak dari krisis utang pada ekonomi, menurut survei penting.

Sementara itu, aktivitas manufaktur China merosot ke tingkat terendah dalam 32 bulan pada November, raksasa perbankan HSBC mengatakan pada Rabu, memperbarui kekhawatiran bahwa kekuatan Asia itu kehilangan tenaga di tengah kesulitan ekonomi global.

Indeks pembelian manajer awal HSBC (PMI) turun menjadi 48 pada November -- terendah sejak Maret 2009 -- dibandingkan dengan 51 di bulan sebelumnya. Angka di atas 50 mengindikasikan sektor ini mengalami ekspansi, sementara di bawah 50 menunjukkan kontraksi.

"Harga minyak berada di bawah tekanan karena data ekonomi yang negatif dari China," tambah analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

Sementara pada Rabu, Departemen Energi pemerintah AS mengumumkan bahwa cadangan minyak mentah AS mundur sebesar 6,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 8 November, menunjukkan penguatan permintaan.

Itu dibandingkan dengan ekspektasi pasar untuk kenaikan sebesar 300.000 barel menurut analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswires.

Pasar minyak juga tertekan oleh lemahnya data pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat. Departemen Perdagangan AS pada Selasa menurunkan tajam perkiraan pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga, ekonomi terbesar di dunia, menjadi 2,0 persen dari 2,5 persen.

Harga minyak telah meningkat pada awal minggu ini karena kekhawatiran bahwa pasar akan mengetat setelah negara-negara Barat memberlakukan sanksi-sanksi ekonomi kepada produsen minyak mentah Iran atas program nuklirnya. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011